Jumat, 29 November 2019

Makna tersembunyi di balik 5 jenis tari topeng Babakan Cirebon

November 29, 2019 0
A. SEJARAH TARI TOPENG

Nglayab - Tari topeng adalah salah satu tarian tradisional yang ada di Cirebon. Tari ini dinamakan tari topeng karena ketika beraksi sang penari memakai topeng. Konon pada awalnya, Tari Topeng diciptakan oleh sultan Cirebon yang cukup terkenal, yaitu Sunan Gunung Jati. Ketika Sunan Gunung Jati berkuasa di Cirebon, terjadilah serangan oleh Pangeran Welang dari Karawang.

Pangeran ini sangat sakti karena memiliki pedang Curug Sewu. Melihat kesaktian sang pangeran tersebut, Sunan Gunung Jati tidak bisa menandinginya walaupun telah dibantu oleh Sunan Kalijaga dan Pangeran Cakrabuana. Akhirnya sultan Cirebon memutuskan untuk melawan kesaktian Pangeran Welang itu dengan cara diplomasi kesenian.

Berawal dari keputusan itulah kemudian terbentuk kelompok tari, dengan Nyi Mas Gandasari sebagai penarinya. Setelah kesenian itu terkenal, akhirnya Pangeran Welang jatuh cinta pada penari itu, dan menyerahkan pedang Curug Sewu itu sebagai pertanda cintanya. Bersamaan dengan penyerahan pedang itulah, akhirnya Pangeran Welang kehilangan kesaktiannya dan kemudian menyerah pada Sunan Gunung Jati.

Pangeran itupun berjanji akan menjadi pengikut setia Sunan Gunung Jati yang ditandai dengan bergantinya nama Pangeran Welang menjadi Pangeran Graksan. Seiring dengan berjalannya waktu, tarian inipun kemudian lebih dikenal dengan nama Tari Topeng dan masih berkembang hingga sekarang.

Dalam tarian ini biasanya sang penari berganti topeng hingga tiga kali secara simultan, yaitu topeng warna putih, kemudian biru dan ditutup dengan topeng warna merah. Uniknya, tiap warna topeng yang dikenakan, gamelan yang ditabuh pun semakin keras sebagai perlambang dari karakter tokoh yang diperankan

Tarian ini diawali dengan formasi membungkuk, formasi ini melambangkan penghormatan kepada penonton dan sekaligus pertanda bahwa tarian akan dimulai. Setelah itu, kaki para penari digerakkan melangkah maju-mundur yang diiringi dengan rentangan tangan dan senyuman kepada para penontonnya.

Gerakan ini kemudian dilanjutkan dengan membelakangi penonton dengan menggoyangkan pinggulnya sambil memakai topeng berwarna putih, topeng ini menyimbolkan bahwa pertunjukan pendahuluan sudah dimulai. Setelah berputar-putar menggerakkan tubuhnya, kemudian para penari itu berbalik arah membelakangi para penonton sambil mengganti topeng yang berwarna putih itu dengan topeng berwarna biru. Proses serupa juga dilakukan ketika penari berganti topeng yang berwarna merah.

Uniknya, seiring dengan pergantian topeng itu, alunan musik yang mengiringinya maupun gerakan sang penari juga semakin keras. Puncak alunan musik paling keras terjadi ketika topeng warna merah dipakai para penari.

Setiap pergantian warna topeng itu menunjukan karakter tokoh yang dimainkan, misalnya warna putih. Warna ini melambangkan tokoh yang punya karakter lembut dan alim. Sedangkan topeng warna biru, warna itu menggambarkan karakter sang ratu yang lincah dan anggun. Kemudian yang terakhir, warna merah menggambarkan karakter yang berangasan (temperamental) dan tidak sabaran. Dan busana yang dikenakan penari biasanya selalu memiliki unsur warna kuning, hijau dan merah yang terdiri dari toka-toka, apok, kebaya, sinjang, dan ampreng.

B. MAKNA TERSEMBUNYI DALAM TARI TOPENG

Kesenian tari topeng Cirebon merupakan salah satu warisan budaya dan sejarah di kawasan pantura. Di Cirebon, tari topeng memiliki dua varian, yakni Topeng Babakan Lima Wanda dan Topeng Lakon.

Menurut pengamat sejarah dan budaya Cirebon Made Casta, topeng Babakan Lima Wanda memiliki pendekatan spiritual dan sifat-sifat manusia di Cirebon. Berikut lima jenis topeng Babakan Cirebon dan maknanya.

1. Topeng Panji




Topeng Panji ini merupakan simbol berhati putih, bersih, tabularasa ibarat bayi yang baru lahir. Warna topengnya putih polos hingga pakaian serba putih.

Gerakan tari pada topeng ini sangat hemat, sederhana dan tenang meskipun diiringi dengan suara musik yang penuh dengan dinamika. Makna dari gerakan topeng Panji ini menunjukkan manusia yang suci dan tidak mudah tersentuh oleh hiruk pikuk duniawi yang mengarah kepada hal negatif.

"Gambarannya kepada manusia di Cirebon topeng ini tidak terganggu hiruk-pikuk dan jiwa yang bersih. Gerakannya simpel dan sebagian orang melihat topeng Panji ini menjemukan karena waktunya lama dan gerakannya tidak banyak tapi maknanya sangat dalam," ujar Made Casta.

2. Topeng Samba




Untuk jenis Topeng Samba, kehidupan manusia Cirebon digambarkan memasuki fase biologis anak-anak. Ini terlihat dari tarian pada Topeng Samba yang menunjukkan tanda-tanda keceriaan dan selalu hidup bahagia. Tarian yang centil, lucu, genit dan kekanak-kanakan menunjukkan kesegaran ekspresi topeng Samba.

"Terlihat dari jenis topeng nya berwarna putih, tapi ada aksen hiasan di bagian wajah atas seperti rambut. Gerakannya lincah mengikuti irama musiknya," jelas Made Casta.

3. Topeng Rumyang


Topeng Cirebon yang berwarna Merah Jambu ini merupakan simbol manusia Cirebon memasuki fase remaja. Kemanisan warna merah jambu sebagai simbol keremajaan manusia Cirebon.

Dari gerakan tari, topeng Rumyang ini mulai menunjukkan ketegasan dan terstruktur dengan baik. "Frekuensinya pada ketegasan gerak," ujar Made Casta.

4. Topeng Tumenggung


Di antara Lima Wanda babakan Topeng Cirebon, Tumenggung merupakan satu-satunya topeng yang menggunakan topi. Topeng Tumenggung ini menggambarkan manusia Cirebon sudah memasuki fase dewasa dan mapan. "Irama gerak sudah seperti orang yang tenang, mantap dan dewasa," tutur dia.

Pada struktur gerak, Topeng Tumenggung ini seperti bagian dari tayub dan sangat beda dengan topeng yang lain. "Dalam tataran jabatan struktur pemerintahan Tumenggung ya atasannya bupati," ujar dia.

5. Topeng Kelana


Pada fase terakhir ini adalah Topeng Kelana. Sebagian orang memaknai topeng Kelana ini sebagai simbol angkara murka, kerakusan manusia. "Ada yang menyebut simbol angkara murka ada juga yang berbeda. Makanya, topeng ini menjadi pusat perhatian seniman, budayawan dan pengamat topeng," ujar Made Casta.

Bentuk topeng berwarna serba merah dengan kumis tebal dan tatapan mata tajam serta gagah. Pada gerakannya, topeng Kelana ini lebih kepada mengaktualisasi diri dan ekspresif. Namun, gerakan pada topeng Kelana sejatinya menggambarkan sebagai manusia yang mampu mengendalikan nafsu amarah.

"Ada satu pendapat bahwa yang menguraikan topeng Cirebon menjelaskan simbol sedulur papat kelima pancer atau empat nafsu dalam diri manusia. Nah, pada Topeng Kelana ini merupakan simbol dari tingkatan orang yang paripurna tapi bukan konteks angkara murka, melainkan orang yang sudah sampai pada tingkat aktualisasi diri, ekspresif," kata Made Casta.

5 LANGKAH JITU UNTUK MEMBUAT HASIL LAPORAN OBSERVASI

November 29, 2019 0
Hallo kawan–kawan, apakah kalian bingung dengan bagaiman membuat laporan hasil observasi? Seblumnya yuk kita gali dulu apa sih yang dimaksud dengan loparan hasil observasi dan bagaimana cara membuatnya? Yuk kita kenalan dulu dengan teks laporan yang disebut dengan laporan hasil observasi. Laporan hasil observasi (LHO) ditulis berdasarkan hasil pengamatan yang telah kamu lakukan sebelumnya. Pada dasarrnya LHO membuat tentang informasidan penjelasan detail mengenai suatu objek maupun peristiwa.
Halo Kawan-Kawan, apakah kamu pernah mendapat tugas membuat laporan hasil observasi? Sebelumnya yuk kita gali dulu apsih yang dimaksud dengan laporan hasil observasi dan bagaimana cara membuatnya? Teks laporan yang disebut dengan laporan hasil observasi. Laporan hasil observasi (LHO) ditulis berdasarkan hasil pengamatan yang telah kamu lakukan sebelumnya. Pada dasarnya LHO memuat tentang informasi dan penjelasan detail mengenai suatu objek maupun peristiwa. Nantinya kamu akan menemukan pemaparan objek berdasarkan fakta dan klasifikasi hasil pengamatan. Banyak macam objek yang bisa kamu gunakan sebagai tema, baik itu benda mati maupun mahkluk hidup seperti tumbuhan, hewan, alam, dan lingkungan.

Oke kawan-kawan, secara umum ada beberapa tujuan dari observasi. Tujuan yang pertama yaitu, mencari tahu dan mengawasi mengenai perkembangan dari objek tertentu. Apakah objek yang diamati mengalami perubahan atau tidak. Tujuan selanjutnya yaitu, mengambil keputusan yang tepat berdasarkan hasil observasi. Tujuan terakhirnya yaitu, memperbaiki kesalahan. Laporan hasil observasi tentunya juga mempermudah kita untuk memberikan informasi asli kepada pembaca.

Sebelum membuat LHO, kamu perlu memahami ciri-ciri khusus yang membedakan laporan hasil observasi dengan teks laporan lainnya. Ciri-ciri tersebut diantaranya laporan observasi harus bersifat objektif, faktual, dan sistematik. Bersifat objektif dan faktual artinya laporan disusun berdasarkan fakta hasil pengamatan dan tidak diimbuhi dengan pandangan pribadi penyusun. Sehingga, kebenaran dalam laporan hasil observasi dapat dipertanggung jawabkan. Selain itu, laporan hasil observasi juga bersifat sistematik yang artinya laporan disusun secara rapi berurutan. Diawali dengan paragraf pembuka yang bersifat umum kemudian diikuti dengan paragraf detail mengenai aspek yang dilaporkan.

Setelah memahami apa itu laporan hasil observasi, tujuan, dan karakteristiknya. Yuk kita simak 5 langkah yang dapat kamu gunakan untuk mempermudah proses penyusunan LHO :

1. Menentukan Tema yang Akan Kamu Amati

Seperti yang telah dipaparkan di atas. Banyak objek yang bisa kamu gunakan sebagai tema dalam membuat laporan observasi. Objek dapat berupa tumbuhan, hewan, keadaan lingkungan, dan kondisi alam. Misalnya saja, laporan observasi mengenai pola hidup koala, kondisi sampah di lingkungan tempat tinggal, pertumbuhan bunga matahari, laporan observasi mengenai sebuah museum, dll. Kamu bisa mencari referensi lain di internet maupun perpustakaan sekolahmu agar lebih banyak wawasan.

2. Menentukan Tujuan dan Menyusun Jadwal Observasi yang akan Kamu Lakukan

Sebelum terjun ke lapangan untuk melakukan observasi, kamu perlu menentukan tujuan terlebih dahulu agar data yang diambil lebih fokus dan tidak meluas. Kamu bisa menuliskan data apa saja yang harus diambil nantinya. Selanjutnya, kamu hanya perlu menentukan jadwal pengambilan data seperti tanggal, hari, dan jam.

3. Melakukan Proses Observasi

Saat melakukan proses observasi, fokuslah terhadap poin-poin yang telah kamu buat salah satunya mengenai data apa saja yang perlu kamu ambil. Sebaiknya catatlah hasil pengamatan dan ambil beberapa dokumentasi dari proses observasimu. Bisa berupa foto maupun video.

4. Menyusun Teks Laporan Hasil Observasi

Saat membuat laporan observasi, perhatikan ketepatan isi dan penggunaan bahasanya. Diawali dengan paragraf umum pembuka, kemudian diikuti dengan paragraf yang bersifat khusus dan memaparkan hasil pengamatan.

5. Melengkapi Laporan

Akan lebih baik jika kamu juga menampilkan data berupa angka atau menampilkan dalam bentuk presentasi sehingga pembaca lebih mudah memahami laporanmu. Selain data, kamu juga perlu menambahkan gambar pendukung atau dokumentasi yang kamu ambil saat melakukan pengamatan.

Setelah membaca uraian di atas, bagaimana kawan-Kawan sudah paham? Langkah-langkahnya sangat mudah diikuti bukan? Sebaiknya, kamu juga memperbanyak bahan bacaan agar lebih mudah dalam membuat laporan observasi. Jangan lupa, sajikan laporan yang objektif, faktual, dan sistematis. Selamat bekerja!

Pengerti Seni Budaya dan Contoh Budaya

November 29, 2019 0
A. PENGERTIAN SENI BUDAYA

Seni Budaya adalah suatu segala sesuatu yang diciptakan manusia mengenai cara hidup berkembang secara bersama pada suatu kelompok yang mengandung unsur keindahan (estetika) secara turun temurun dari generasi ke generasi.



Pengertian Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang secara bersama pada suatu kelompok orang secara turun-temurun dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang sulit meliputi sistem agama, dan politik, adat istiadat, bahasa, pakaian, karya seni, perkakas, dan bangunan. Istilah budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, sebagai bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) yang diartikan hal-hal yang berkaitan dengan budi, dan akal manusia.

Pengertian Budaya atau Kebudayaan Menurut Para Ahli

• Edward Burnett Tylor: Pengertian budaya atau kebudayaan menurut edward burnett tylor adalah keseluruhan dari yang kompleks yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.

• C. Kliucckhohn: Pengertian budaya menurut C.Kliucckhohnadalah sistem mata pencaharian hiup; sistem peralatan dan teknologi; sistem organisasi kemasyarakatan; sistem pengetahuan; bahasa; kesenian; sistem religi dan upacara keagamaan.

• Andreas Eppink: Pengertian budaya menurut Andreas Eppink bahwa kebudayaan mengandung bentuk dari keseluruhan pengertian nilai sosial, norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik menjadi ciri khas suatu masyarakat.

B. Pengertian Seni

Sedangkan, Pengertian Seni Secara Umum adalah segala sesuatu yang diciptakan manusia yang mengandung unsur keindahan dan mampu membangkitkan perasaan orang lain. Istilah seni berasal dari kata sanskerta dari kata sani yang berarti pemujaan, persembahan, dan pelayanan yang erat dengan upacara keagaaman yang disebut dengan kesenian.

Pengertian Seni Menurut Para Ahli

• Aristoteles: Pengertian seni menurut pendapat aristoteles adalah bentuk yang pengungkapannya dan penampilannya tidak pernah menyimpang dari kenyataan dan seni itu adalah meniru alam.

• Ki Hajar Dewantara: Menurut Ki Hajar Dewantara bahwa pengertian seni adalah hasil keindahan sehingga dapat menggerakkan perasaan indah orang yang melihatnnya, oleh karena itu perbuatan manusia yang dapat mempengaruhi dapat menimbulkan perasaan indah itu seni.

• Sudarmiji: Pengertian seni menurut sudarmiji bahwa seni adalah segala manifestasi batin dan pengalaman estetis dengan menggunakan media bidang, garis, warna, tekstur, volume dan gelap terang.

Hillary Bel: Pengertian seni menurut pendapat Hillary Bel bahwa seni merupakan istilah yang digunakan untuk semua karya yang dapat menggugah hati untuk mencari tahu siapa penciptanya.

Pengertian Seni Budaya Menurut Para Ahli

• Sartono Kartodirdjo: Menurutnya, pengertian seni budaya adalah sistem yang koheren karena seni budaya dapat menjalankan komunikasi efektif, antara lain dengan melalui satu bagian saja dapat menunjukkan keseluruhannya.

• Harry Sulastianto: Pengertian seni budaya menurut harry sulastianto adalah suatu keahlian mengekspresikan ide-ide dan pemikiran estetika, termasuk mewujudkan kemampuan serta imajinasi pandangan akan benda, suasana, atau karya yang mampu menimbulkan rasa indah sehingga menciptakan peradaban yang lebih maju.

Ida Bagus Putu Perwita: Pengertian seni budaya menurut Ida bagus putu perwita adalah penunjang sarana upacara adat

• M. Thoyibi: Pengertian seni budaya menurut M. Thoyibi adalah penjelmaan rasa seni yang sudah membudaya, yang termasuk dalam aspek kebudayaan, sudah dapat dirasakan oleh orang banyak dalam rentang perjalanan sejarah peradaban manusia.


C. CONTOH BUDAYA

1. Kesenian Daerah

Kesenian daerah di Indonesia sangat beraneka ragam seperti tari daerah, lagu daerah, alat musik, dan masih banyak lagi yang lainnya.

Masing-masing kesenian tersebut memiliki tujuan yang bermacam-macam antara lain sebagai bentuk rasa syukur, menyambut tamu kehormatan, upacara pernikahan, hari besar keagamaan, hiburan atau dengan tujuan yang lainnya.
Berikut contoh-contoh budaya kesenian daerah :

a. Contoh Tarian Daerah

• Tarian dari Aceh : Tari saman, Tari Seudati dan Tari Pukat

• Tarian dari Sumatra Utara : Manduda, Tortor dan Serampang Dua Belas

• Tarian dari Jawa Timur : Ngremo dan Reog

• Tarian dari Jawa Tengah : Serimpi, Gambyong, Bedaya'

• Tarian dari Jawa Barat : Jaipong, Topeng, Merak

• Tarian dari Bali : Janger, Pendet, Kecak dan Legong

b. Contoh Lagu Daerah

• Lagu Daerah Aceh : Beungong Jeumpa

• Lagu Daerah Jambi : Injit-injit semut

• Lagu Daerah Riau : Soleram, Jawa Barat, Bubuy Bulan

• Lagu Daerah Jakarta : Kicir-kicir

• Lagu Daerah Jawa Tengah : Suwe Ora Jamu

• Lagu Daerah Sulawesi Selatan : Angin Mamiri

• Lagu Daerah Kalimantan Selatan : Ampar-ampar Pisang

• Lagu Daerah Papua : Apuse

c. Contoh Alat Musik Daerah

• Alat Musik dari Jawa barat : Angklung

• Alat Musik dari Nusa Tenggara : Sasando

• Alat Musik dari Sulawesi : Kolintang

• Alat Musik dari Jawa Tengah : Gamelan

2. Rumah Adat di Indonesia

• Rumah Gadang : Minangkabau/Sumatera Barat

• Rumah Limas : Sumatra Selatan

• Rumah Joglo : Jawa tengah dan jawa timur

• Rumah Kesepuhan : Jawa Barat dan Banten

• Rumah panjang : Kalbar dan Kalsel

• Rumah Lamin : Kaliman Timur

• Rumah Tongkonan : Sulawesi Selatan

• Rumah Honai : Papua

3. Pakaian dan Senjata Adat di Indonesia

Pakaian adat masing-masing daerah juga berbeda-beda, pakaian adat ini umumnya dipakai pada acara-acara tertentu atau ritual-ritual tertentu. Misal saja dipakai pada saat pernikahan, upacara adat dan acara-acara yang lainnya. Berikut adalah contoh pakaian adat beserta dengan daerah asalnya :

• Baju Inong : Aceh

• Kain Ulos : Batak/Sumatra Utara

• Baju Kurung : Minangkabau

• Kebaya : Jawa

• Baju Bodo : Sulawesi Selatan

Umumnya pakaian adat dipakai disertai dengan senjatanya, sebagai contohnya adalah sebagai berikut:

• Keris : Jawa tengah dan DIY

• Rencong : Aceh

• Kujang : Jawa Barat

• Golok : Jakarta

• Clurit : Jawa timur dan Madura

• Badik : Sulawesi Selatan

4. Tradisi di Indonesia

Berikut ini adalah beberapa contoh tradisi yang dilakukan suku-suku di Indonesia

• Suku jawa : Mitoni, Tedah siti, ruwatan, kenduri, grebegan

• Suku Sunda : Seren taun, ngeuyeuk seureuh (upacara adat perkawinan di Jawa Barat)

• Suku Tengger/Jawa Timur : Kasodo (upacara mempersembahkan sesajenn ke kawah Gunung Bromo

• Suku Bali : Ngaben, Nelubulanin, Ngutang mayit (upacara kematian di Trunyan)

• Suku Toraja : Rambu solok

Selain kebudayaan-kebudayaan diatas, suatu daerah juga memiliki makanan khas yang sudah diakui. Sebagai contoh adalah Peauyeum atau tapai dari Bandung, Gado-gado dari Jakarta, Gudeg dan bakpia dari Yogyakarta, Empek-empek dari Palembang, Rendang dari Padang, Rujak Cingur dari Surabaya dan Wingko babat dari Semarang.

Demikian penjelasan kami mengenai Pengertian Budaya dan Kebudayaan, semoga menambah wawasan kita Indonesia. Sebarkan kepada teman yang lain jika merasa bermanfaat. Terima kasih.

Kebudayaan cirebon jawa barat

November 29, 2019 0
A. Budaya Cirebon


Budaya Cirebon adalah sebuah entitas yang khas dan unik, tidak bisa diabaikan begitu saja dalam kajian kebudayaan etnis di Indonesia. Kondisi geografisnya sangat memungkinkan terjadinya persilangan budaya, terutama budaya Sunda, Jawa, Cina, Arab, India, dan terakhir budaya Barat yang diterima dengan penuh bangga oleh kaum muda.

Masa-masa kolonial dan pemaksaan sikap feodalistik telah menimbulkan suatu sikap Resistence of Colonised perlawanan si terjajah terhadap coloniser (penjajah). Posisi Geopolitik Cirebon memaksakan keharusan kepemimpinan yang kuat, ”lemah berarti bencana”. Di tengah dua kekuatan politik dan militer (Mataram dan Belanda) dan dua kekuatan kultural (Sunda dan Jawa) yang sebagai the other. Sikap egaliternya merasa diinjak-injak, tak mampu melakukan perlawanan fisik karena kehilangan daya organisasinya. Wong Cherbon melakukan pemerdekaan kultural.

Dengan mencomot bagian-bagian budaya para penghimpitnya, lahirlah suatu kultur yang diakui sebagai jati diri wong Cherbon, tanpa membuat para penghimpitnya tersinggung, karena sikap konfrontasinya dihilangkan dan karakteristik koeksistensi dan kooperasinya dikedepankan. Cirebon pun menjadi khas pada bahasanya, keseniannya, tradisinya dan ide-ide yang diyakinkannya.

Lahirlah tarling untuk menyatakan dirinya sejajar dalam koeksistensinya dengan Barat dicontohnya gitar, ditaklukannya dia lalu dimasukannya kedalam sistem nilai timur ( gamelan ), untuk kemudian betul-betul menjadi Cirebon. Lahir pula seni Burok dengan ditingkahi musik dog-dog, ia adalah Cirebon yang lahir dari Trans Kultural dengan angka persilangan budaya didalamnya, Burok walaupun dalam perwujudannya lahir dari sinkretisme Agama kultur Hamiyah-Samiyah (AD, AL Marzdedek, Parasit Akidah), ia dianggap mewakili Islam. Macan mewakili kultur keberanian dan kegagahan Siliwangi dan Cirebon, gajah akulturasi dari Hindu, kadang-kadang dalam seni Burok ini ditampilkan barongan (dari barongsai) tapi dengan pemain tunggal, bolehlah ia dianggap mewakili budaya Cina.

Pada tahap perkembangan tahun 1970-an seni burok diiringi musik tambahan gitar dengan iringan pujian Shalawat dan lantunan syair-syair Berjanzi lalu seiring perkembangan zaman seni ini termarjinalkan karena serbuan industri hiburan moderen. Nasibnya sama dengan tarling. Kedua kesenian ini kemudian bermetamorfose. Burok memadukan dog-dognya dengan dangdut, bahkan nuansa dangdutnya lebih dominan. Tarlingpun menjadi tarling dangdut lalu berkembang menjadi dangdut Cirebonan.

Namun perkembangan seni yang semula penuh makna simbolis filosofi religi, kini hanya mengedepankan nilai hiburannya saja, terdegredasi, mubadzir dan nilai rendah jauh dari agama dan kesantunan budaya asli Cirebon. Keduanya masih tetap Cirebon, tapi Cirebon yang sudah tercabut dari akarnya, semula dibangun sebagai bentuk pembebasan diri atau pemerdekaan, sekarang kembali jatuh menjadi kultur Subaltern (bawahan /jajahan) budaya lain.

Kota Cirebon memiliki berbagai seni dan budaya tradisional khas yang bernuansa Islam serta bercirikan tentang kehidupan dan perjuangan. Kota Cirebon juga memiliki event-event tradisional yang hingga saat ini masih dilaksanakan, seperti sedekah bumi/Mapag sri, Nadran (sepanjang wilayah pantai utara) dan muludan (setiap bulan maulid di kalender Islam).

Kebudayaan yang ada di Kota Cirebon sebenarnya memiliki potensi yang sangat potensial untuk dikembangkan sehingga dapat diberdayakan menjadi nilai tinggi yang dapat dilestarikan dan dapat disajikan nilai komoditas pariwisata sebagai daya tarik tersendiri di Kota Cirebon.

Kesenian, tradisi dan unsur-unsur nilai budaya yang amat luhur sebagai faktor penunjang dalam menyokong pembangunan di wilayah Kota Cirebon. Budaya yang cenderung religius berbaur dengan budaya Keraton yang bernuansa kerajaan sangat khas dan amat menonjol sebagai ciri khas yang amat kental di Kota Cirebon.

B. BEBERAPA KEBUDAYAAN ASLI CIREBON

 1. TARI TOPENG

Salah satu kesenian yang ada di Cirebon adalah seni tari yang dikenal dengan nama tari topeng yang mana sesuai dengan namanya, sang penari akan memakai topeng, seni tari ini pada awalnya merupakan sebuah alat diplomasi yang digunakan ketika Kerajaan Cirebon sedang berperang melawan Kerajaan Karawang, sang penari dalam tarian topeng ini akan mengganti topengnya sesuai dengan karakter yang dibawakan.

 2. SINTREN

Kebudayaan kedua yang dimiliki oleh Cirebon adalah berupa sebuah kesenian tari yang dikenal dengan nama tari sintren di mana seni tari ini memiliki unsur magis, pada awal pertunjukan seni tari, sang penari akan diikat dari mulai leher hingga ujung kaki kemudian dimasukkan ke dalam sebuah kurungan yang ditutup dengan kain namun setelah itu ternyata sang penari dapat membebaskan diri dari ikatan tersebut.

 3. KESENIAN GEMBYUNG

Kesenian ketiga yang dimiliki Cirebon adalah kesenian yang bernama gembyung di mana kesenian ini merupakan salah satu peninggalan dari dari para wali yang menyebarkan agama Islam di Cirebon. Kesenian Gembyung merupakan salah satu bentuk pengembangan dari kesenian terbang dan sering ditampilkan dalam acara – acara keagamaan yang ada di Cirebon seperti maulid, rajaban, dan syuro.

 4. GENJRING RUDAT

Kesenian selanjutnya yang dimiliki oleh masyarakat Cirebon adalah sebuah kesenian yang bernama genjring rudat di mana kesenian ini merupakan sebuah kesenian yang berkembang di lingkungan pesantren. Jenis alat musik yang biasanya digunakan dalam kesenian genjring rudat antara lain genjring, bedug, dan terbang yang biasanya diiringi dengan puji – pujian kepada Allah dan rasul-Nya.

 5. ANGKLUNG BUNGKO

Kesenian kelima sekaligus yang terakhir kami bahas di artikel ini adalah kesenian Cirebon yang dikenal dengan nama angklung bungko yang mana sering kali dipentaskan dalam acara – acara adat di antaranya nyadran, ngunjung buyut, dan berbagai jenis acara adat lainnya, dalam kesenian angklung bungko ini sang penari akan mementaskan berbagai tarian seperti tari panji, benteleye, dan tari lainnya.

 6. BUROQ

Kesenian Buroq lahir di Cirebon diperkirakan tahun 1920 di desa Kalimaro Kecamatan Babakan. Penciptanya yaitu Bapak Ta’al. Genjring Buroq merupakan kesenian helaran atau arak-arakan terutama dalam khitanan untuk mengarak pengantin sunat. Waditra yang digunakan adalah 4 buah genjring, gong, gitar, biola dsb. Peralatan boneka Buroq terdiri dari boneka yang berbadan kuda bersayap dan berkepala wanita cantik, sepasang boneka ondel-ondel, macan tutul dsb.

 7. TARLING KLASIK

Tarling Klasik adalah kesenian khas daerah Cirebon yang lahir diperkirakan tahun 1934 dan hingga saat ini masih populer digemari baik oleh masyarakat regional maupun nasional. Alat musik yang digunakan sangat sederhana yaitu gitar atau guitar dan bangsing/suling miring dilengkapi oleh alat musik lainnya seperti gong kendi, kecrek sendok, gendang terbuat dari tong sabun diberi karet untuk mengiringi lagu khas Cirebonan. Dari 2 buah alat musik gitar dan suling lahirlah kesenian yang disebut TARLING yang merupakan akronim dari kegua kata gitar dan suling.

 8. SAMPYONG

Sampyong atau ujungan merupakan salah satu seni pertunjukan rakyat yang diwarnai unsur tari, olahraga, bela diri, kekebalan dan unsur magic. Alat yang digunakan untuk adu kekuatan yaitu tongkat rotan ukuran panjang kurang lebih 125 cm. Waditra yang digunakan adalah bedug, ketuk kenong, gendang, gong, dan kecrek. Jumlah wiyaga hanya 5 orang. Sampyong atau ujungan berkembang di wilayah utara diantaranya daerah Cirebon Utaradan Kapetakan (Bedulan).

 9. JARAN LUMPING

Jaran Lumping dahulu disebut juga Jaran Bari dari kata Birahi atau Kasmaran, karena mengajarkan apa dan bagaimana seharusnya kita mencintai Allah dan Rasulnya. Oleh karenaitu tarian Jaran Lumping digunakan sebagai alat dalam mengembangkan agama Islam.Yang menciptakan Jaran Lumping adalah Ki Jaga Naya dan Ki Ishak dari Dana Laya Kecamatan Weru. Waditra yang digunakan yaitu bonang kecil, bonang Gede, panglima, Gendang, Tutukan, Gong, dan Kecrek. Sarana lainnya Damar Jodog, Sesajen, Pedupaan, Bara Api/Aran dan Jaran Lumping 5 buah yaitu Jaran Sembrani, Jaran Widusakti, Jaran Widujaya, Jaran Sekadiu. Busana penari menggunakan ikat wulung gundel meled, udeng merah, sumping kantil dan melati,selendang, rompi, celana sontok, kestag]en/bodong dan kain batik.

 10. TAYUBAN

Tayuban konon lahir di lingkungan kraton dan digunakan untukmenghormati tamu-tamu agung juga digunakan untuk acara-acara penting seperti pelakrama agung (perkawinan keluarga Sultan), tanggap warsa, peringatan ulang tahun, papakan, atau sunatan putra dalem. Tayuban kemudian menyebar dan berkembang di masyarakat dengan pengaruh negatif baik datangnya dari luar maupun dari dalam. Waditra yang digunakan adalah laras pelog, gendang, bedug, saron, bonang dsb. Wiyaga berjumlah 15 orang. Busana Wiyaga bendo, baju taqwa, kain batik dan celana sontok. Busana Ronggeng kembang goyang, melati suren, sanggung bokor, cinatok, sangsangan, krestagen dan alat perhias

Cirebon merupakan salah satu daerah di Pulau Jawa yang kaya akan budaya yang mana masih terus dijaga kelestariannya, beberapa budaya tersebut telah diulas pada artikel di atas.

Selasa, 26 November 2019

Nilai-nilai pendidikan karakter dalam Tari Topeng Cirebon

November 26, 2019 0


A.Pengertian Nilai

Nilai dalam bahasa inggris disebut “value” yang berarti suatu yang berharga bagi kehidupan manusia. Menurut Mawardi nilai adalah suatu tipe kepercayaan yang berada dalam ruang lingkup sistem kepercayaan, dimana seseorang harus bertindak atau menghindari suatu tindakan, atau mengenai sesuatu yang pantas atau tidak pantas dikerjakan, dimiliki dan dipercaya.

Sedangkan menurut Sidi Gazalba nilai adalah sesuatu yyang bersifat abstrak, ia
ideal, nilai bukan benda konkrit, bukan fakta, tidak hanya persoalan benar atau salah dan menurut pembuktian empirik, melainkan soal penghayatan yang dikehendaki dan tidak dikehendaki, disenangi dan tidak disenangi.

Dengan demikian nilai adalah sesuatu yang diyakini kebenarannya dan dianut serta dijadikan sebagai acuan dasar individu dan masyarakat dalam menentukan sesuatu yang dipandang baik, benar, bernilai maupun berharga.


B. Pengertian pendidikan dan karakter

Pendidikan menurut M. Al-Naquib Al-Attas adalah suatu proses penanaman sesuatu kedalam diri manusia. Dalam pengertian ini, suatu proses penanaman mengacu pada metode dan sistem untuk menanamkan apa yang disebut pendidikan secara bertahap “sesuatu” mengacu pada kandungan yang ditanamkan dan “diri manusia” mengacu pada penerimaan proses dan kandungan itu. Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa pendidikan adalah suatu usaha yang dilakukan dengan penuh kesadaran untuk memberikan pembinaan dan bimibingan pada seorang individu, sehingga daya pikir, emosional dan tindakan individu tersebut berubah menjadi lebih baik. 

Karakter berasal dari bahasa yunani yang berarti “to mark” atau menandai dan
memfokuskan pada aplikasi nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku. Menurut Ibn Maskawaih, karakter adalah sifat alami bawaan manusia yang dapat berubah denga cepat atau lambat melalui pendisiplinan serta nasihat-nasihat yang mulia dan baik.

Dari beberapa pengertian di atas maka nilai pendidikan karakter adalah suatu yang penting berguna bagi manusia dalam menjalani kehidupannya sehingga tercipta kepribadian yang sesuai dengan nilai-nilai yang selaras dengan Tuhan yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia dan lingkungan. Kaitannya dengan nilai-nilai pendidikan karakter dalam Tari Topeng, yaitu sesuatu yang penting, yang terdapat dalam Tari Topeng dan berguna bagi kehidupan manusia dalam menjalani kehidupan.

Dalam keseharian Hajjah Juni lekat dengan Tari Topeng. Beberapa nilai-nilai pendidikan karakter dalam Tari Topeng mempengaruhi dalam keseharian Hajjah Juni. Nilai karakter yang diterapakan, yaitu:

1. Memiliki Nilai Religiustik

Relijius merupakan sikap patuh seseorang menjalankan perintah Allah SWT. Perintah disini adalah ibadah. Ibadah ini terdapat dua bagian, yaitu yang bersifat vertikal, yakni ibadah yang berhubungan manusia dengan Allah SWT. dan yang bersifat horisontal, yaitu ibadah yang hubungannya manusia dengan manusia. Ibadah yang bersifat vertikal, seperti Sholat. Sholat merupakan ibadah yang diwajibkan
oleh Allah SWT. kepada umatnya. Sebagai hamba yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT. pasti menjalankan Sholat. Nilai relijius Sholat atau berdoa ini dapat dilihat dari tokoh topeng rumyang yang menggambarkan seseorang yang selalu mengharumkan atau menyebut nama tuhan seperti Sholat, berdoa atau berdzikir.

Dalam keseharian Hajjah Juni yang mencerminkan nilai relijius dapat dilihat dari rutinitas beliau dalam menjalankan Sholat yang setiap waktu dilaksanakannya, dalam menjalakan sholat terkadang Hajjah Juni tidak tepat waktu, ini dikarenakan Hajjah Juni berjualan dan melatih anak-
anak menari. Contoh lain, yaitu ketika setiap Hajjah Juni akan tampil menari Hajjah Juni selalu membaca doa agar menarinya berjalan dengan lancar. Doa tersebut dilakukan sebelum naik panggung dan sewaktu akan memakai topeng. Dari sikap Hajjah Juni yang selalu menjalankan ibadah sholat dan berdoa sebelum menari itu membuktikan bahwa pesan atau nilai relijius dalam Tari Topengmempengaruhi karakter Hajjah Juni.

Adapun ibadah yang bersifat horisontal berupa sifat dan sikap yang ditunjukan pada orang lain, yaitu :
a. Sabar

Seseorang dikatakan sabar manakala orang tersebut mampu menahan dirinya agar tidak marah. Sabar ini mudah diucapkan tetapi sulit untuk dijalankan. Nilai sabar dalam Tari Topeng dapat dilihat dari gerakan Tari Topeng Panji Sutrawinanggun yang begitu halus dan lembut. Tari ini menggambarkan kesabaran seseorang. Sikap sabar Hajjah Juni dapat dilihat ketika Hajjah Juni maelihat anak-anak menari, jika ada gerakan yang salah Hajjah Juni
membenarkan gerakannya satu per satu, dan sesekali mencontohkan didepannya, Hajjah Juni juga tidak marah ketika ada anak yang gerakannya salah terus menerus, beliau memberikan pujian yang membuat anak tersebut semangat berlatih. Kesabaran Hajjah Juni juga dapat dilihat
ketika suaminya sakit 3 hari, Hajjah Juni merawat suaminya dengan baik, tidak pernah mengeluh ataupun memarahinya. Hajjah Juni terlihat biasa saja seperti tidak ada beban. Dari sikap dan kata-kata Hajjah Juni mencerminkan bahwa beliau memiliki karakter sabar.

b. Ikhlas

Seseorang dikatakan ikhlas manakala orang tersebut tulus hati untuk memberikan sesuatu baik tenaga, pikiran atau bentuk lainnya kepada orang lain tanpa mengingat-ingatnya. Nilai ikhlas ini dapat dilihat dari gerakan Tari TopengPanji Sutrawinangun yang begitu halus dan lembut, tarian yang memerlukan penahanan diri sejak awal sampai akhir dengan kelembutan dan kehalusan gerakannya. Butuh konsentrasi yang matang dan serta harus fokus. Sikap ikhlas Hajjah Juni dapat dilihat dari kegiatannya yang melatih anak-anak tetangga yang ada disekitar untuk menari topeng tanpa dipungut biaya, kegiatan ini biasanya dilakukan setiap hari minggu, Hajjah Juni mengajak anak-anak sekitar menari topeng dengan gratis.

2. Disiplin

Disiplin merupakan sifat yang perlu dimiliki oleh setiap orang. Karena disiplin orang akan dapat mewujudkan apa yang diharapkan. Disiplin diri merupakan suatu mewujudkan apa yang kita lakukan secara berulang-ulang dan terus menerus sehingga menjadikan kita terbiasa melakukan secara konsisten. Nilai disiplin ini dapat dilihat dai karakter Panji Sutrawinangun dan Patih Jayabadra. Dalam karakter Panji Sutrawinangun, karakter disiplinnya bisa dilihat dari gerakannya yang dilihat dari awal sampai akhir itu tertib. Dalam karakter Patih Jayabadra,
karakter disiplinnya bisa dilihat dari makna topeng tersebut yang menggambarkan seseorang Patih yang tegas dan disiplin dalam menjalankan tugasnya menjadi seseorang Patih.
Karkter Hajjah Juni yang menggambarkan kedisiplinan bisa dilihat dari kebiasaan tepat waktu dalam melatih anak, bila kesepakatannya jam satu siang maka Hajjah Juni sudah siap melatih jam satu walaupun anak yang datang baru sedikit. Sikap disiplin Hajjah Juni juga dapat
dilihat dari kesehariannya yang selalu melakuakan aktifitas sama seperti hari-hari sebelumnya. Seperti bangun tidur, membereskan rumah, pergi ke pasar waktunya sama, kecuali bila Hajjah Juni sakit.

3.kerja Keras

Kerja keras merupakan sifat terpuji yang harus kita miliki. Karena kerja keras merupakan kunci untuk mencapai kesuksesan. Dengan kerja keras semua pekerjaan bisa cepat selesai, tanpa
adanya sifat tersebut manusia akan cepat putus asa dan mudah menyerah. Untuk itu manusia dituntut unuk selalu memiliki dan menjaga sifat tersebut agar menjadi kehidupan tetap optimis dan berpikir positif. Nilai kerja keras ini dapat dilihat dari karakter Jingga Anom, ia sungguh-
sungguh ketika melawan Tumenggung Magangdiraja, tanpa kenal lelah ia melawannya. Nilai kerja keras juga dapat dilihat dari makna Topeng Panji Sutrawinangun yang menggambarkan seorang yang kerja keras dilihat dari sudut geraknya yang memakan tenaga yang sangat serius. Karakter Hajjah Juni yang mengandung nilai-nilai kerja keras dapat dilihat dari kesehariannya yang tak kenal lelah sebagai Ibu Rumah Tangga dan juga mengasuh cucunya.

4. Cinta Tanah Air

Dalam keseharian setiap manusia memiliki rasa cinta terhadap siapapun baik kepada seseorang maupun terhadap Negara. Cinta terhadap tanah air merupakan kesadaran seseorang untuk rela berkorban dan berbakti terhadap bangsa Indonesia. Warga Negara Indonesia memiliki kewajiban untuk cinta terhadap tanah air, rasa cinta tanah air ini bisa ditumbuhkan melalui proses pendidikan ataupun melalui mengembangkan budaya yang ada di sekitar. Nilai cinta tanah air ini dapat dilihat dari karakter Patih Jayabadra, Jingga Anom dan Tumenggung Mangandiraja yang selalu siap menjalankan tugasnya menjaga kerajaan masing-masing. Karakter cinta tanah air Hajjah Juni dapat dilihat dari kepedulian beliau terhadap kesenian Tari Topengyang ada di Cirebon, yang sampai sekarang masih dikembangkan oleh
Hajjah Juni walaupun Tari Topeng sudah tergeser oleh hiburan-hiburan lain Hajjah Juni tetap melestarikan Tari Topengdengan cara masih mengajarkan kepada anak-anak menari topeng Cirebon.

5. Tanggung Jawab

Setiap manusia harus memiliki rasa tanggung jawab, dimana rasa tanggung jawab itu harus disesuaikan dengan apa yang telah kita lakukan. Tanggung jawab adalah ciri manusia yang beradab, manusia merasa bertanggung jawab karena ia menyadari akibat baik atau buruk
perbuatannya itu, dan menyadari pula bahwa pihak lain memerlukan pengadilan atau pengorbanan. Nilai tanggung jawab ini dapat dilihat dari makna topeng Panji Sutrawinangun, Patih Jayabadra, Jingga Anom dan Tumenggung Magangdiraja menggambarkan seseorang yang
senantiasa melaksanakan tugas dan kewajibannya . Karakter tanggung jawab Hajjah Juni dapat dilihat dari kesehariannaya sebagai seorang istri, walaupun sibuk dengan aktifitas menjaga cucunya dan melatih Tari Topeng Hajjah Juni tidak lupa akan tugasnya menjadi seorang istri. Jika suaminya baru pulang dari kantor, Hajjah Juni menyambutnya dengan membuatkan minuman hangat, menyiapkan makanan dan menemani suaminya makan setiap hari, kecuali ada pentas Hajjah Juni tidak menemani suaminya. Dan sebelum menerima tawaran pentas Hajjah Juni meminta izin terlebih dahulu kepada suaminya, jika dibolehkan Hajjah Juni berangkat, jika tidak dibolehkan Hajjah Juni tidak berangkat. Dari sikap Hajjah Juni yang seperti itu kita bisa tahu rasa tanggung jawab Hajjah Juni cukup besar.

6. Toleransi

Toleransi adalah sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis,
pendapat, sikap dan tindakan orang lain yang berbeda dengan dirinya. Nilai toleransi dalam Tari Topeng dapat dilihat dari makna topeng Tumengggung Magangdiraja. Topeng Tumenggung ini
bermakna memberikan kebaikan kepada sesama manusia, saling menghormati dan senantiasa mengembangkan silih asih.

Sikap toleransi Hajjah Juni dapat dilihat dari kebiasaannya bermusyawarah mengenai waktu latihan menari, Hajjah Juni memberikan kebebasan kepada anak-anak mengenai waktu latihan Tari Topeng, karena Hajjah Juni mengerti anak-anak masih sekolah namun bila Hajjah Juni ada keperluan waktunya bisa diganti dengan hari lain, sikap toleransi Hajjah Juni juga dapat dilihat dari kebiasaannya bermusyawarah dengan suaminya tentang masalah yang ada dirumah tangganya, baik itu masalah kecil maupun masalah besar. Sikap toleransi Hajjah Juni juga dapat
dilihat dari tutur katanya yang sopan santun. Dalam bertutur kata hendaknya kita sopan santun, karena sopan santun mencerminkan sikap seseorang. Orang yang memiliki sifat sopan santun,
berarti dia mempunyai etika dalam berinteraksi dan sopan santun sangat penting agar dapat keselarasan dalam berprilaku. Nilai karakter sopan santun dalam masyarakat atau bertetangga dapat dilihat dari karakter topeng Panji Sutrawinanggun, karakter ini dapat dilihat dari sudut geraknya. Gerakan Tari Panji
yang halus dan lembut serta ciri topengnya yang bermuka putih bersih dan sedikit merunduk mencerminkan seseorang yang halus dan sopan santun. Karakter Hajjah Juni menunjukkan sikap sopan santun dalam berbicara bisa dilihat dari kesehariannya ketika berjalan bertemu tetangga atau orang yang ia kenal Hajjah Juni menegurnya, setiap kali berjalan dikerumunan Hajjah Juni selalu mengucap „permisi‟. Hajjah Juni juga tidak pernah mengeluarkan kata-kata kasar.

7. Tolong Menolong

Tolong menolong merupakan suatu kewajiban bagi setiap manusia. Sifat tolong menolong ini akan dapat membantu orang lain. Jika kita memerlukan bantuan, tentunya orang lain akan menolong kita. Dengan tolong menolong ini kita dapat membina hubungan baik terhadap tetangga serta dapat memupuk kasih sayang terhadap tetangga.

Topeng dan Penari mempunyai hubungan yang sangat erat, topeng tanpa Penari tentunya tidak akan berarti apa-apa, yang menjadikan topeng berarti bagi masyarakat apabila topeng tersebut digunakan Penari untuk menari, dan Penarinya pun harus menari dengan penuh penghayatan dan benar-benar memahami karakter topeng tersebut agar masyarakat sekitar memahami pesan-pesan yang terkandung di dalamnya.

Posisi Tari Topeng bila dihubungkan masyarakat dewasa ini sangatlah penting. Mengingat pesan-pesan yang terkandung di dalamnya berkaitan erat dengan realitas yang dihadapi masyarakat sekitar. Perlu diingat sekarang karakter generasi muda mulai menurun apa lagi dihadapkan dengan globalisasi yang semakin maju. Tidak aneh jika pemuda saling tawuran,
pencurian, minum-minuman keras, seks bebas dan lain sebagainya. Setidaknya Tari

Topeng ini dapat memberi motivasi dan pembelajaran untuk masyarakat lewat pesan-pesan yang terkandung dalam topeng dan gerakannya.

Minggu, 24 November 2019

Sejarah dan Perkembangan Tari topeng Cirebon

November 24, 2019 0
A. SEJARAH TARI TOPENG CIREBON



Pada masa kerajaan Majapahit tarian dengan menggunakan Kedok atau Topeng dilakukanoleh Raja-raja sebagai simbol kekuasaan. Disebutkan dalam kitab Negara kertagama dan Pararaton bahwa Raja-raja Majapahit, termasuk juga Hayam Wuruk, menarikan tarian dengan menggunakan Kedok dari Emas.

Setelah Majapahit runtuh dan berkuasa kerjaan Demak yang Islam, alam pikiran Majapahit tidak lenyap, termasuk di antaranya ″ingatan kolektif″ tentang Tari Topeng dengan kemasanyang dibarukan. Dari Demak inilah Tari Topeng kemudian menyebar ke seluruh pulau Jawa dan mengalami transformasi dengan budaya lokal sehingga muncullah berbagai variasi Tari Topeng yang berbeda-beda di hampir seluruh pulau Jawa, sebut saja Tari Topeng Panji di Surakarta dan Yogyakarta, Topeng Malang, Topeng Madura dan sebagainya.
Tari Topeng Cirebon bila ditelusuri dari pola dan struktur tariannya dapat dikatakan relatif lebih terpelihara dari pada Tari Topeng di daerah lain. Menurut sejarah hal ini dimungkinkanterjadi karena Cirebon selama beberapa tahun pernah berada di bawah kekuasaan Demak dan mempunyai hubungan kekerabatan yang cukup dekat sehingga keaslian Tari Topeng yang diciptakan di kalangan istana Demak tetap terpelihara di istana Cirebon.

Berbeda dengan data di atas, para Dalang Topeng Cirebon menyebutkan bahwa Topeng yang sekarang diwarisi masyarakat Cirebon diciptakan oleh Sunan Panggung. Sunan Panggungini diyakini sebagai Sunan Kali Jaga. Bahkan Babad Cirebon menyebutkan bahwa Sunan Panggung adalah putera Sunan Kali Jaga yang oleh Sultan Demak diangkat menjadi Pangeran
yang mengurusi pertunjukan Wayang dan Topeng. Sunan Panggung menurunkan keahliannya kepada Pangeran Bagusan dan tokoh inilah yang mengajarkan anak cucunya seni Topeng danWayang yang berfungsi sebagai tuntunan dalam menyebarkan agama Islam kepada masyarakat.

Adapun menurut buku yang berjudul “Cirebon falsafah, tradisi dan adat budaya” karya Mohammed Sugianto Prawiraredja, Tari Topeng konon diciptakan oleh Ki Danalaya, salah seorang murid Sunan Kali Jaga, yang kemudian mewariskannya kepada tokoh-tokoh SenimanCirebon. Pada masa sekarang terdapat dua Cengkok (gaya) dalam pementasan seni Tari Topeng, yaitu Cengkok Arjawinangun (Slangit) dan Cengkok Losari (astanalanggar). Tari Topeng Cirebon yang disebut Topeng Babakan (tahapan) karena terdiri dari empat babak (tahapan) yang menampilkan empat tokoh berlainan karakter, yaitu Panji, Samba, (Pamindo), Patih (Tumenggung) dan Klana (Rahwana). Masing-masing tokoh melambangkan perjalan hidupmanusia dari mulai masa bayi, kanak-kanak, remaja dan dewasa.

Menurut Babad Cirebon, pada saat berkuasanya Sunan Gunung Jati sebagai penguasa Islam di Cirebon, maka datanglah percobaan untuk meruntuhkan kekuasaan Cirebon di Jawa Barat. Tokoh pelakunya adalah Pangeran Welang dari daerah Karawang. Tokoh ini ternyatasangat sakti dan memiliki pusaka sebuah pedang bernama Curug Sewu. Penguasa Cirebon beserta para pendukungnya tidak ada yang bisa menandingi kesaktian Pangeran Welang. Dalam keadaan kritis maka diputuskan bahwa untuk menghadapi musuh yang demikian saktinya harus dihadapi dengan diplomasi kesenian. Setelah disepakati bersama antara Sunan Gunung Jati,Pangeran Cakra Buana dan Sunan Kali Jaga maka terbentuklah tim kesenian dengan Penari yang sangat cantik, yaitu Nyi Mas Ganda Sari dengan syarat Penarinya memakai Kedok/Topeng.
Mulailah tim kesenian ini mengadakan pertunjukan ke setiap tempat seperti lazimnya sekarang disebut Ngamen. Dalam waktu singkat tim kesenian ini menjadi terkenal sehingga Pangeran Welang pun penasaran dan tertarik untuk menontonnya. Setelah Pangeran Welang menyaksikan sendiri kebolehan sang Penari, seketika itu pula dia jatuh cinta. Nyi Mas Ganda Sari pun berpura-pura menyambut cintanya dan pada saat Pangeran Welang melamar maka Nyi Mas Ganda Sari minta dilamar dengan pedang Curug Sewu. Pangeran Welang tanpa pikir panjang menyerahan pedang pusaka tersebut, bersamaan dengan itu maka hilang semua kesaktian Pangeran Welang. Dalam keadaan lemah lunglai tidak berdaya Pangeran Welang menyerah total kepada sang Penari Nyi Mas Gandasari dan memohon ampun kepada Sunan Gunung Jati agar tidak dibunuh.
Sunan Gunung Jati memberi ampun dengan syarat harus memeluk agama Islam. Setelahmemeluk agama Islam Pangeran Welang dijadikan petugas Pemungut Cukai dan dia berganti nama menjadi Pangeran Graksan. Sedangkan para pengikut Pangeran Welang yang tidak mau memeluk agama Islam tetapi ingin tinggal di Cirebon, oleh Sunan Gunung Jati diperintahkan untuk menjaga Keraton-Keraton Cirebon dan sekitarnya.
Pembuatan Topeng pada Islam lama merupakan kegiatan untuk mementaskan tradisi kesenian lama. Topeng menjadi bahasa rupa, sebagai media komunikasi pendidikan yang meleburkan diri dengan tarian yang diiringi dengan Gamelan. Drama dan tarian ini bermula dari pusat-pusat kegiatan seni budaya, yaitu di istana dan tempat tinggal para Bangsawan. Lakon cerita yang dipertunjukkan biasanya bersumber pada siklus Ramayana dan Mahabarata. Sebagai karya seni istana dengan ketentuan-ketentuan kaidah seni yang serba mengikat, maka pembuatan dan wujud Topeng dikenakan peraturan-peraturan. Karena bakat seni yang berbeda di pusat-pusat kesenian tersebut, maka timbul perbedaan gaya Topeng yang kemudian berpengaruh terus dalam perkembangan Topeng pada zaman Islam. Perbedaan gaya tersebut tampak pada unsur-unsur ekspresi dan ungkapan artistik seperti pada warna, garis dan atribut Topeng. Ekspresi Topeng adalah pencerminan dari wajah kedalam perlambangan tipologis.
Para Sultan dan Bangsawan pada zaman Islam lama sesuai dengan tradisi kebudayaan istana, terus berusaha untuk mengembangkan dan menyempurnakan tarian Topeng yang telah dirintis pada zaman sebelumnya. Usaha ini disertai dengan memasukkan ajaran hidup berdasarkan agama Islam yang disesuaikan dengan falsafah agama masa lampau. Ketika Raja-raja Cirebon diberi status ″pegawai″ oleh Gubernur Jenderal Daendels dan tidak diperkenankan memerintah secara otonom lagi maka sumber dana untuk memelihara semua kesenian Keraton tidak dimungkinkan lagi. Para Abdi Dalem Keraton terpaksa dibatasi sampai yang amat diperlukan sesuai dengan “gaji” yang diterima Raja dari pemerintah Hindia Belanda. Begitulah Penari-Penari dan Penabuh Gamelan Keraton harus mencari sumber hidupnya di rakyat pedesaan. Topeng Cirebon yang semula berpusat di Keraton-Keraton, kini tersebar di lingkungan rakyat Petani pedesaan. Dan seperti umumnya kesenian rakyat, maka

Topeng Cirebon juga dengan cepat mengalami transformasi-transformasi. Proses tranformasi itu berakhir dengan keadaannya yang sekarang, yakni berkembangnya berbagai “gaya” Topeng
Cirebon.

Namun semua Seniman yang berada di luar Keraton masih tetap menjalin suatu ikatan
yang berdasar pada pola pikir bahwa Keraton adalah sumber budaya dan sumbernya para Guru Seni. Pengembangan seni Tari Topengsejak masa itu di dalam Keraton sendiri kurang menggembirakan sehingga apabila Keraton memerlukan Penari Topeng dengan terpaksa mengambil dari desa-desa. Pada kurun waktu yang lama di Keraton tidak lagi mempunyai Penari, Nayaga, Dalang, Pengukir, Penyungging yang langsung keturunan Keraton. Baru setelah pemerintah mengalahkan budaya daerah maka pihak Keraton mulai banyak yang belajar menari Topeng, memukul Gamelan dan seni lainnya. Gurunya tetap mengambil dari desa-desa.

Secara filosofis Topeng Cirebon adalah simbol penciptaan semesta yang berdasarkan sistem kepercayaan Indonesia purba dan Hindu-Budha-Majapahit. Paham kepercayaan itu adalah emanasi yang tidak membedakan Pencipta dan ciptaan, karena ciptaan adalah bagian atau pancaran dari Sang Hyang Tunggal. Yang dimaksudkan Sang Hyang Tunggal adalah ketidak-berbedaan. Dalam diriNya adalah ketunggalan mutlak. Sedangkan semesta ini adalah keberbedaan. Semesta itu suatu aneka, keberagaman. Dan keanekaan itu terdiri dari pasangan sifat-sifat yang saling bertentangan tetapi saling melengkapi.
Sang Hyang Tunggal ini mengandung semua sifat ciptaan. Karena semua sifat yang dikenal manusia itu saling bertentangan, maka dalam diri Sang Hyang Tunggal semua pasangan oposisi kembar tadi hadir dalam keseimbangan yang sempurna. Sifat-sifat positif melebur jadi
satu dengan sifat-sifat negatif. Akibatnya semua sifat-sifat yang dikenal manusia berada secara seimbang dalam diriNya sehingga sifat itu tidak dikenal manusia alias kosong mutlak.
Paradoksinya justru kosong itu kepenuhan sejati karena dia mengandung semua sifat yang ada. Kosong itu penuh, penuh itu kosong, itulah Sang Hyang Tunggal itu. Di dalamNya tidak ada perbedaan, tunggal mutlak.
Topeng Cirebon menyimbolkan bagaimana asal mula Sang Hyang Tunggal ini
memecahkan diriNya dalam pasangan-pasangan kembar saling bertentangan itu, seperti terang dan gelap, lelaki dan perempuan, daratan dan lautan. Konsep tersebut digambarkan lewat Tari
Panji yang merupakan masterpiece rangkaian lima tarian Topeng Cirebon. Meskipun ditampilkan pertama tetapi tarian Panji justru merupakan klimaks pertunjukan. Itulah peristiwa transformasi Sang Hyang Tunggal menjadi semesta. Dari yang tunggal belah menjadi yang
aneka dalam pasangan-pasangan.

Inilah sebabnya Kedok Panji tak dapat kita kenali secara pasti apakah itu perwujudan lelaki atau perempuan. Apakah gerak-geriknya lelaki atau perempuan. Kedoknya sama sekali putih bersih tanpa hiasan, itulah kosong. Gerak-gerak tariannya amat minim, namun iringan Gamelannya gemuruh. Itulah wujud paradoks antara gerak dan diam. Tarian Panji sepenuhnya
sebuah paradoks. Itulah puncak Topeng Cirebon, yang lain hanyalah terjemahan dari proses pembedaan itu.
Empat tarian sisanya adalah perwujudan emanasi dari Hyang Tunggal tadi. Sang Hyang Tunggal membagi diriNya kedalam dua pasangan yang saling bertentangan, yakni “Pamindo-Rumyang”dan “Patih-Klana”. Inilah sebabnya Kedok “Pamindo-Rumyang” berwarna cerah, sedangkan “Patih-Klana” berwarna gelap (merah tua). Gerak Tari “Pamindo-Rumyang” halus keperempuan perempuanan, sedangkan Patih-Klana gagah kelelaki-lakian. Pamindo-Rumyang menggambarkan pihak “dalam” (istri dan adik ipar Panji) dan Patih-Klana menggambarkan pihak “luar”. Terang dapat berarti siang, gelap dapat berarti malam. Matahari dan Bulan. tetapi
harus diingat bahwa semuanya itu adalah Panji sendiri, yang membelah dirinya menjadi dua pasangan saling bertentangan sifat-sifatnya. Inilah sebabnya keempat tarian setelah panji mengandung unsur-unsur tarian Panji.

Topeng Cirebon adalah tarian ritual yang amat sakral. Tarian ini sama sekali bukan
tontonan hiburan. Itulah sebabnya dalam kitab-kitab lama disebutkan, bahwa Raja menarikanPanji dalam dalam ruang terbatas yang disaksikan saudara-saudara perempuannya. Untuk menarikan Topeng ini diperlukan laku puasa, pantang, semedi, yang sampai sekarang ini masih dipatuhi oleh para Dalang Topeng di daerah Cirebon. Tarian juga harus didahului oleh persedian sajian. Dan sajian itu bukan persembahan makanan untuk Sang Hyang Tunggal. Sajian adalah lambang-lambang dualisme dan pengesahan. Inilah sebabnya dalam sajian sering dijumpai Bedak, Sisir, Cermin, yang merupakan lambang Perempuan, didampingi oleh Cerutu atau Rokok sebagai lambang Lelaki. Bubur Merah lambang dunia Manusia, Bubur Putih lambang dunia Atas. Cowek Batu yang kasar sebagai lambang Lelaki, Buah Jambu lambang Perempuan. Air Kopi lambang Dunia Bawah, Air Putih lambang Dunia Atas, Air Teh lambang Dunia Tengah. Sesajian adalah lambang keanekaan yang ditunggalkan


B. Perkembangan Tari Topeng Cirebon

Topeng adalah salah satu kesenian tradisional Indonesia yang telah tumbuh danberkembang sejak abad ke 10 s/d 11 M. Pada saat Cirebon menjadi pusat pengembangan syiar agama Islam, Sunan Gunung Jati bersama dengan Sunan Kali Jaga, mengangkat kesenian Wayang dan Tari Topengmenjadi tontonan di Keraton yang juga berfungsi sebagai tuntunan dalam penyebaran agama Islam.

Pada mulanya, pergelaran seni Tari Topengdan Wayang Kulit di Keraton Cirebon selalu berdampingan erat. Pergelaran Topeng pada siang hari dan Wayang Kulit pada malam harinya
dilakukan oleh orang yang sama. Dengan demikian, Dalang Topeng pada siang hari adalah seorang laki-laki yang merangkap sebagai Dalang Wayang Kulit pada malam harinya.
Disamping itu, kesenian ini (dahulu) biasa digelar pada upacara-upacara adat yang
diselenggaraan masyarakat seperti Mapag Sri, Sedekah Bumi, Ruwatandan lain-lain.

Dalam perkembangan selanjutnya, Topeng menjadi salah satu seni pertunjukkan (jenis
tarian) yang memiliki bentuk penyajian tersendiri yang disebut “Topeng Babakan” atau “Topeng Binaan” yang para Penarinya memekai Kedok (Topeng) sebagai penutup muka, biasanya Kedok yang ditampilkan pada satu kali pertunjukkan Topeng terdiri dari: Panji, Pamindo (Samba),Rumyang, Tumenggungdan Klana (Rahwana).

Sabtu, 23 November 2019

Sejarah Seni Tari dan Awal Mula Muncul Tari Di Indonesia

November 23, 2019 0
A. Sejarah Seni Tari


Seni tari adalah seni yang menggunakan gerakan tubuh secara berirama yang dilakukan di tempat dan waktu tertentu untuk keperluan mengungkapkan perasaan, maksud danpikiran. Tarian merupakan perpaduan dari beberapa unsur yaitu raga, irama, dan rasa.

Tari adalah desakan perasaan manusia di dalam dirinya yang mendorongnya untuk mencari ungkapan yang berupa gerak-gerak yang ritmis. Menurut Corrie Hartong, ahli tari dari Belanda, mengajukan batasan tari yang berbunyi tari adalah gerak-gerak yang diberi bentuk dan ritmis dari badan didalam ruang.

Tari adalah gerakan tubuh sesuai dengan irama yang mengiringinya.

Tari juga berarti ungkapan jiwa manusia melalui gerak ritmis, sehingga dapat menimbulkan daya pesona. Yang dimaksud ungkapan jiwa adalah meliputi cetusan rasa dan emosional yang disertai kehendak. Menurut Dr Soedarsono, tari adalah ekspresi jiwa manusia melalui gerak-gerak ritmis yang indah.

Gerakan pada seni tari diiringi dnegan musik untuk mengatur gerakan penari dan menyampaikan pesan yang dimaksud. Seni tari memiliki geraka berbeda dari gerakan sehari-hari seperti berjalan. Gerakan pada tari tidak realistis tetapi ekpresif fan estetis. Agar sebuah tarian harmonis, tarian harus memiliki unsur tersebut. Gerakan seni tari melibatkan anggota badan. Unsur- unsur anggota badan tersebut didalam membentuk gerak tari dapat berdiri sendiri, bergabung ataupun bersambungan.

B. Sejarah Seni Tari Di Indonesia

Dalam acara adat, tentunya peran tari dalam upacara kerajaan tentu berpengaruh. Bahkan dari dulu hingga kini, tarian digunakan dalam penyambutan tamu. Sehingga sejarah seni tarian di Indonesia dari masa ke masa mengalami perkembangan. Berikut adalah sejarah seni tari di Indonesia.

1. Era Primitif

Dimulai dari awal sebelum adanya kerajaan di Indonesia, tarian dipercaya sebagai sebuah daya magis nan sakral. Sehingga tercipta tarian yang digunakan berdasarkan kepercayaan mereka. Salah satunya adalah tari hujan, tari eksorsisme, tari kebangkitan, dan lain-lain.

Penciptaan tari ini didasari serta diilhami dari gerakan alam serta meniru gerakan makhluk hidup. Seperti misalnya menirukan gerakan seekor binatang yang ingin diburu. Umumnya, tari di era primitif dilakukan secara bersama-sama atau berkelompok.

2. Era Hindu Buddha

Sejarah kesenian tari di Indonesia kemudian berlanjut pada masa penyebaran Hindu Buddha, yang mana terpengaruh oleh budaya yang dibawa pedagang.

Mulai dari era Hindu Buddha, sebuah tarian mulai memiliki standardisasi serta patokan, karena ada sebuah literatur tentang seni tari. Literatur kesenian tari ini dikarang oleh Bharata Muni dengan judul Natya Sastra yang membahas 64 jenis gerak tangan mudra.

3. Era Islam

Pada era penyebaran agama Islam, tarian hanya diperagakan oleh orang-orang dari luar Indonesia dan dilakukan pada saat hari raya. Kemudian perkembangan seni tari di Indonesia pada era Islam dimulai tahun 1755 saat kerajaan Mataram Islam terbagi dua.

Dengan dibaginya kerajaan Mataram Islam, kedua kerajaan ini mulai menunjukkan identitas mereka lewat seni tari. Sehingga, tarian yang ditampilkan bisa menjadi sebuah ciri khas dan identitas dari masing-masing kerajaan.

4. Era Penjajahan

Sejarah kesenian tari di Indonesia mengalami kemunduran di era penjajahan dikarenakan suasana saat itu sedang kacau. Akan tetapi, seni tari yang diperagakan di istana tetap dilaksanakan bahkan terpelihara dengan baik. Pada masa penjajahan, kesenian tari hanya diperagakan pada acara-acara penting kerajaan.

Salah satu contoh tarian yang diilhami dari perjuangan rakyat masa penjajahan adalah Tari Prawiroguno. Tarian ini merupakan tari tradisional yang berasal dari Jawa Tengah dan menggambarkan gagahnya prajurit masa itu. Prajurit dalam tarian ini menggunakan senjata serta tameng sebagai alat untuk melindungi diri.

5. Era Setelah Merdeka

Seni tari terus kembali berjalan setelah Indonesia merdeka sehingga tarian bisa dilakukan untuk upacara adat serta keagamaan. Terkadang, tarian ini juga berkembang saat ini sebagai sebuah hiburan. Selain itu, saat ini sudah mulai banyak anak muda yang mulai tertarik dengan dunia tari.

Hal ini bisa dibuktikan dengan banyaknya anak muda yang menyukai tari serta dapat memperagakan berbagai macam jenis tari. Mulai dari tari tradisional bahkan hingga tari modern.

C. Unsur - Unsur Seni Tari

Sebuah seni tari merupakan sebuah gerakan ritmis yang diikuti oleh irama tertentu serta alunan music. Dari penjelasan ini, tentunya ada unsur seni tari yang harus ada pada pementasan tarian. Berikut adalah unsur seni tari yang harus ada.

1. Jenis Gerakan

Dalam sebuah pementasan tari, gerakan tentu menjadi poin penting yang harus ditunjukkan. Bahkan, beberapa gerakan tari ini memiliki aturan baku yang tentu memiliki nilai tersendiri. Sehingga emosi serta ekspresi dari penari bisa ditampilkan dengan tepat.

Biasanya dalam pementasan tari, anggota tubuh yang digerakkan biasanya meliputi tiga bagian. Yaitu anggota tubuh bagian atas, bagian tengah, serta bagian bawah.

2. Musik

Berdasarkan penjelasan di atas, sebuah tarian juga disertai dengan alunan musik. Alunan musik biasanya dimainkan menggunakan instrumen maupun suara yang muncul dari anggota tubuh. Seperti misalnya tari kecak dan tari saman yang diiringi dengan suara manusia.

Terkadang, sebuah music juga dapat memberikan kesan tersendiri serta menunjukkan identitas dari daerah asal tarian tersebut. Karena tidak semua tarian menggunakan satu instrumen maupun alat musik pengiring yang sama.

3. Kostum

Selain music, unsur seni tari yang harus ada dalam pementasan tari adalah kostum. Kostum selain menjadi unsur seni tari juga menjadi sebuah identitas sekaligus lambang dalam sebuah tarian. Aksesoris yang ada pada sebuah kostum tari bisa menjadi simbol tertentu yang berkaitan dengan tarian.

Sehingga sebuah kostum tari harus menunjukkan sebuah nilai keindahan atau estetika sehingga dapat menunjang penampilan seni tari. Biasanya, kostum tari untuk upacara dan kostum tari untuk hiburan memiliki perbedaan yang mendasar. Salah satunya adalah kesederhanaan dalam kostum tari upacara.

D. Fungsi Seni Tari

Dalam kehidupan, gerak tari menjadi sebuah hal yang tidak bisa dipisahkan kaitannya dengan seni. Sehingga jika diresapi kembali, tentunya seni tari memiliki fungsi-fungsi tertentu dengan keberlangsungan hidup manusia. Berikut adalah fungsi seni tari yang harus kita ketahui..

1. Sarana Hiburan

Tarian merupakan sebuah karya seni yang memiliki nilai estetika tinggi. Sama seperti karya seni lainnya, tarian juga menjadi kesukaan banyak orang tidak hanya dari pecinta seni tetapi juga masyarakat awam. Sehingga, timbul fungsi seni tari sebagai sarana hiburan. Indonesia memiliki berbagai macam tarian di setiap daerah yang tentunya pada saat tertentu sering dipentaskan. Sehingga sering ditemui pesta rakyat dengan menampilkan berbagai macam kesenian, termasuk juga tari-tari daerah.

2. Sarana Bergaul

Selain sebagai sarana hiburan, fungsi seni tari sebagai sarana untuk bergaul, karena bergaul merupakan hakikat manusia sebagai makhluk sosial. Sehingga dengan bergaul dapat memupuk kerukunan dan persatuan antar sesama manusia.

Berbagai latar belakang manusia disatukan dalam sebuah pertunjukan tari, baik itu sebagai penonton maupun sebagai penari. Tidak jarang juga terdapat tari daerah yang melibatkan penonton untuk ikut andil dalam pertunjukan tari.

3. Sarana Upacara Sakral

Tidak hanya itu, fungsi seni tari juga bisa menjadi sarana upacara adat maupun upacara keagamaan. Di sisi lain, tarian juga bisa menjadi sarana mengajarkan nilai-nilai kebaikan. Tarian sebagai sarana upacara sudah ada sejak zaman dahulu, bahkan sejak zaman sebelum adanya kerajaan di Indonesia.

Contoh sederhana dari fungsi seni tari untuk upacara sakral bisa ditemukan di Bali, yang mana mereka menggunakan tari sebagai sarana untuk ibadah. Tarian untuk acara sakral ini dipertunjukkan pada satu momen tertentu dan biasanya juga terinspirasi dari peristiwa maupun legenda.

Jadi gaesss. Seni tari merupakan sebuah seni yang tidak bisa lepas dari kegiatan manusia. Tidak hanya sebagai hiburan maupun upacara, tarian juga bisa menjadi media untuk hidup sehat. Karena dengan memperagakan tarian, tubuh kita tentunya bergerak dan dapat melancarkan sirkulasi darah.

Sebagai masyarakat yang memiliki banyak tarian daerah, tentunya tarian daerah harus terus dilestarikan agar seni tari tidak lenyap ditelan zaman. Jangan sampai juga seni tari milik Indonesia diakui oleh negara lain hanya karena kita tidak melestarikan tarian daerah.

Arsip Blog

Visit Us

https://senzeyizal.blogspot.com/