Selasa, 31 Desember 2019

TARI TOPENG BALI

Desember 31, 2019 0

Tari Topeng sebenarnya telah ada sebelum kedatangan Hindu dan Buddha di Jawa dan Bali, yakni berkembang sejak abad ke-15. Cerita sering diambil dari Babad—kisa sejarah klasik yang popular di masyarakat. Selain itu, cerita juga diangkat dari sejarah lokal, epik, mitos, dan dongeng. Pertunjukan sendratari ini biasanya diiringi dengan gamelan. Ada upaya sadar untuk memasukkan banyak aspek pengalaman manusia yang kadang-kadang bertentangan, seperti sakral dan profan, kecantikan dan keburukan, kebaikan dan keburukan.

Tari topeng di Pulau Bali adalah salah satu sendratari yang popular dan bermuatan pengetahuan lokal. Tariannya menceritakan sejarah garis keturunan kerajaan yang dibawakan dalam adegan kehidupan sehari-hari. Selain sifatnya menghibur, tarian ini juga memiliki nilai-nilai kebijaksanaan yang mendalam dan di dalamnya terkandung unsur komedi slapstick.

Komedi dan kebijaksanaan dibawakan oleh aktor komik yang sering menyimpang dari alur cerita utama demi memasukkan lelucon tentang isu-isu sosial atau gosip terbaru. Lelucon biasanya disampaikan dalam bahasa percakapan Bali. Karena penyisipan lelucon isu sosial terbaru itulah maka pertunjukan ini sering memakan waktu lebih dari satu jam.

Para penari yang biasanya muncul pertama disebut pengelembar atau pengantar cerita. Selanjutnya adalah penasar, karakter yang paling penting, karena ia adalah pendongeng, abdi dalem, sutradara panggung dan kadang-kadang juga konduktor musik sekaligus. Penasar memuji kebajikan raja dalam bahasa Bali. Ia kemudian ditemani oleh kartala dan dua tokoh lain yang berperan dalam penyampaian slapstick. Kedua tokoh lain ini mengenakan topeng yang menutupi separuh wajah dari dahi sampai hidung. Bagian mulut tidak tertutup topeng demi kemudahan si tokoh berbicara. Anda dapat mengamati bagaimana gerak-gerik sanga raja ketika memasuki arena sendratari dengan langkah-langkah dan gerak tubuh berwibawa yang menunjukkan statusnya sebagai raja. Raja mengenakan topeng penuh; raja tidak berbicara karena penasar yang akan menerjemahkan gerakan dan perintah raja.

Sendratari ini biasanya menceritakan tentang upaya penaklukan kerajaan lain atau upaya penyelamatan seseorang. Lalu para tokoh yang memerankan kerajaan lawan muncul. Mereka hadir dengan kostum atau kedok yang aneh dan tak biasa, misalnya beberapa tokoh memiliki gigi panjang atau kadang seorang penonton juga dilibatkan dalam pertunjukkan. Kehadiran pemain dengan kostum lucu berikut lelucon yang dibawakan mengundang tawa penonton.

Melalui Tari Topeng, masyarakat Bali bisa belajar sejarah, isu-isu sosial terkini dan nilai-nilai kebajikan (agama, kesalehan dan kejujuran) dengan cara yang menyenangkan dan menghibur. Di akhir cerita, kebaikan selalu menang atas kejahatan ditandai dengan kekalahan tokoh yang jahat.

JENIS TARI TOPENG BALI

1.    Topeng Pajegan
Kata pajegan mengacu kepada kegiatan pedesaan masyarakat Bali agraris, yang kini bisa diterjemahkan dengan ”memborong”. Penari Topeng Pajegan memborong semua peran yang ada di dalam cerita. Yang ada hanya seorang pemain, dan cerita berkembang dengan seutuhnya lewat satu pemain. Pada intinya, Topeng Pajegan adalah ritual yang mengiringi upacara keagamaan Hindu dalam budaya Bali yang diakhiri dengan Topeng Sidakarya sebagai puncak dari ritual itu. Oleh karena itu, penari Topeng Pajegan adalah orang yang tinggi tingkatan spiritualnya, karena dia harus memberikan pencerahan kepada masyarakat (penonton) apa inti upacara itu, apa tujuan upacara, dan apa akibatnya apabila upacara ini tidak dilaksanakan. Seorang penari Topeng Pajegan adalah seorang pendharma wacana yang piawai, sekaligus memiliki kemampuan bercerita seperti seorang dalang. Topeng Pajegan, topeng yang ditarikan oleh seorang aktor dengan memborong semua tugas-tugas yang terdapat di dalam topeng. Di dalam Topeng Pajegan ada sebuah topeng yang mutlak harus ada yakni topeng Sidakarya. Oleh karena demikian eratnya hubungan topeng pajegan ini dengan upacara keagamaan maka topeng inipun disebut topeng Wali. Sebuah tradisi yadnya di Bali ada yang disebut kutukan Dalem Sidakarya. Inti kutukan ini adalah seberapa besar pun yadnya yang dibuat, seberapa banyak pun banten yang dihaturkan, tidak akan ada artinya jika belum mendapat ”restu” dari Dalem Sidakarya. Banten bisa menjadi sampah yang berbau busuk, dan yadnya bisa tidak sampai pada tujuannya. Karena itu diperlukan pamuput karya di luar sulinggih, yakni pementasan Topeng Sidakarya.

2.    Topeng sidekarya
Legenda di balik pementasan Topeng Sidakarya. Kisahnya konon terjadi pada pemerintahan Dalem Waturenggong di Gelgel yang akan mengadakan upacara besar di Pura Besakih. Tiba-tiba ada seorang Brahmana walaka—bukan pendeta—dari Keling, Madura mengaku akan mencari saudaranya yang tiada lain adalah Dalem Waturenggong. Sayangnya, karena perjalanan yang jauh dan berhari-hari, Pandita Keling sampai di Gelgel dalam keadaan kumal, bajunya compang-camping, mirip seorang pengemis. Dalam pakaian seperti itu, tak ada seorang pun staf kerajaan yang percaya kalau tamu tak diundang itu saudara Dalem Waturenggong. seorang pandita. Maka, Brahmana Keling diusir dengan paksa, setelah sebelumnya sempat dihina. Brahmana Keling pergi dengan dendam. Di sebuah tempat yang sepi, dia melakukan perlawanan dengan mengucapkan mantra yang isinya yadnya yang diselenggarakan oleh Dalem Waturenggong tidak akan membawa berkah, malahan menimbulkan bencana. Semua banten menjadi busuk dan tikus-tikus pun mengerubungi banten busuk itu. Tikus semakin banyak sampai merusak tanaman petani. Rakyat menjadi resah. Raja Waturenggong dalam samadinya tahu siapa yang mengutuk upacara besarnya itu. Dia lantas mengutus Arya Tangkas untuk menjemput Brahmana Keling yang masih tinggal di tempat sepi (suung) itu. Raja meminta maaf dan memohon kepada Brahmana Keling agar karya yang dilaksanakan menjadi sida(diberkahi). Jika mampu maka Brahmana Keling akan diakui sebagai saudara dan diberi gelar Dalem Sidakarya. Selanjutnya, Dalem Waturenggong menitahkan agar setiap upacara atau karya yang dilaksanakan orang Bali menggunakan Topeng Sidakarya sebagai pemuput upacara atau mohon jatu karya ke Pura Dalem Sidakarya, berupa catur wija dan panca taru.

3.    Topeng Panca
Drama tari topeng yang ditarikan oleh 5 ( lima ) orang penari. Topeng ini timbul di Denpasar sekitar tahun 1915. Topeng Panca dipentaskan oleh lima orang penari. Topeng ini merupakan perkembangan dari Topeng Pajegan. Topeng Panca ini berkembang menjadi Topeng Sapta, dengan tambahan penari Putri dan Condong.

4.    Topeng Prembon
Dramatari topeng yang sudah dikombinasikan dengan unsur drama tari Bali lainnya (biasanya dari arja) namun strukturnya patopengannya masih tetap dominan. Topeng Prembon yang menampilkan tokoh-tokoh campuran yang diambil dari Dramatari Topeng Panca dan beberapa dari dramatari Arja dan Topeng Bondres, seni pertunjukan topeng yang masih relatif muda yang lebih mengutamakan penampilan tokoh-tokoh lucu untuk menyajikan humor-humor yang segar. Prembon (per-imbuh-an) adalah dramatari campuran dari berbagai unsur dramatari klasik Bali yang ada. Sesungguhnya setiap dramatari yang diciptakan dengan cara menggabungkan berbagai unsur-unsur tari Bali yang telah ada dapat disebut sebagai Prembon. Prembon muncul pada zaman revolusi, tepatnya tahun 1942, Prembon lahir dari penggabungan seni Topeng dan Arja. Lakon yang ditampilkan pada umunnya bersumber dari cerita Babad dan semi sejarah lainnya sebagaimana halnya dramatari. Di daerah Gianyar, Prembon yang banyak memasukan unsur-unsur Arja dan Gambuh biasa disebut Tetantrian.

Fungsi dan Makna Tari Topeng Bali
Fungsi pertunjukan topeng adalah sebagai pengiring upakara dan upacara di pura atau pun di luar pura seperti upacara Dewa Yadnya, upacara Rsi Yandya, Upacara manusia dan upacara Pitra yadnya.
Sedangkan yang di pentaskan pada upacara Pitra Yadnya misalnya pertunjukan topeng sering mengambil lakon naga banda pada upacara nyambutin umumnya mengambil lakon lahirnya Kebo Iwa dan lain lainya.

Kostum Penari Topeng Bali
Kostum yang digunakan oleh para penari Bali adalah kostum khas Bali dilengkapi dengan topeng yang tentu saja disesuaikan dengan tokoh tertentu.

Musik Pengiring Tari Topeng Bali
Musik yang mengiringi tari topeng Bali adalah gamelan Bali. Gamelan Bali ini merupakan gabungan dari beberapa alat musik tradisional Bali antara lain : Jiyèng, Réyong, Kanthil, Gangsé, Jigog, Jublak, Gong, Kenong, Kethuk, Cèng-cèng(Kecrak), Kendhang, Gendèr dan Suling.

BUSANA DAN PROPERTI TARI TOPENG

Desember 31, 2019 0


Seperti pada seni tari yang lain, tarian ini juga memerlukan properti sebagai daya tarik dan alat untuk menyampaikan pesan melalui tarian. Dalam hal ini properti Tari Topeng yang utama adalah topeng. Masing-masing tari topeng memiliki pakem ekspresi wajah topeng tersendiri. Ada yang menggambarkan sosok jenaka ada juga yang menggambarkan ekspresi sosok kesatria.

1. TOPENG

Topeng atau tapel yang digunakan pada muka penari sebagai pengganti tata rias wajah adalah salah satu elemen terpenting dari seni pertunjukan tari Topeng. Topeng pada umumnya terbuat dari kayu dengan wujud yang disesuaikan dengan karakter yang diinginkan.

·         Topeng panji
Topeng panji sendiri di deskripsikan sebagai topeng putih yang ornamen, motif, serta hiasannya terlihat berupa stilasi bunga-bunga dan sulur seperti kembang kliyang dan bunga tiba. Mencerminkan sikap menunduk dan luruh panji terlihat sebagai sosok yang paling suci mewakili semua sifat dalam 4 arah angin. Hidungnya digambarkan lurus, kecil, dan lancip. Karena semakin besar bentuk hidung atau semakin mancung menggambarkan bahwa sosok panji adalah sosok yang kuat dan gagah. Pada dasarnya cerita panji adalah sekumpulan cerita pada masa Hindu-Budhha di Jawa yang berkisar tentang kisah asmara Panji Asmorobangun dengan Dewi Sekartaji.
·         Topeng Samba
Karakter tari topeng tersebut adalah genit atau ganjen (bhs. Jw. Cirebon), sama dengan karakter tokoh Samba dalam cerita wayang Purwa. Oleh sebab itu, tari ini juga sering disebut dengan topeng Samba. Gerakannya gesit dan menggambarkan seseorang yang tengah beranjak dewasa, periang, dan penuh suka cita. Itulah sebabnya, mengapa gerakan tari topeng ini seperti kesusu (terburu-buru), mirip dengan perilaku dan kehidupan seorang anak muda.
·         Topeng Rumyang
Pada setiap bentuk topeng memiliki pesan moral yang berbeda-beda. Untuk topeng Rumyang, menggambarkan tentang seseorang yang sedang tumbuh beranjak remaja dari anak-anak. Gerakan pada tarian jenis ini mengandung pesan bahwa setiap manusia yang beranjak dewasa, hendaknya perbanyak untuk berbuat baik.
·         Topeng Tumenggung
Pementasan ini menggambarkan tentang seseorang yang memiliki sifat tegas dan berbudi pekerti luhur. Seseorang yang beranjak dari masa remaja menjadi orang yang tegas dan penuh karakteristik. Selain itu pada tarian jenis ini juga menggambarkan seseorang dengan loyalitas yang tinggi.
·         Topeng Klana
Pada pementasan topeng jenis ini, menggambarkan tentang seseorang yang memiliki sifat angkara murka. Saat mementaskan tarian jenis ini penari memerankan tokoh yang jahat. Dalam pementasan tarian ini mengandung pesan yaitu manusia harus selalu berusaha agar mendapatkan kebahagiaan dan hidup di jalan yang benar.

2. BUSANA




Selain topeng, perlengkapan yang perlu disiapkan saat akan mementaskan tarian ini adalah busana. Busana atau kostum pada tarian topeng meliputi baju, celana, sampur / selendang, ikat pinggang, mongkron, stagen, dan aksesoris lainya.

 ·         Baju Lengan Pendek
Baju yang digunakan pada tarian topeng harus memiliki kriteria baju lengan pendek dengan warna yang mencolok. Penggunaan baju lengan pendek ini bertujuan agar para penari dengan bebas menggerakkan tangan saat menari.
·         Celana Sepertiga
Celana sepertiga adalah celana panjang yang panjangnya dibawah lutut, namun diatas mata kaki. Celana seperti ini menjadi pilihan properti tarian karena untuk memudahkan gerak kaki penari.
·         Mongkron
Mongkron merupakan aksesories busana yang digunakan sebagai penutup pada bagian dada penari. Mongkron ini biasanya memiliki motif hiasan bordir. Ragam motif dan corak yang menghiasi mongkron bergantung pada budaya lokal setempat.
·         Selendang
Selendang merupakan properti yang biasa digunakan pada tari topeng cirebonan. Selendang yang digunakan umumnya bermotif polos dan ada juga yang memiliki motif batik lokal sesuai darimana tari topeng tersebut berasal.
·         Ikat Pinggang
Ikat pinggang yang digunakan biasanya memiliki bentuk dan warna yang beragam, Penggunaan ikat pinggang ini selain bertujuan untuk menahan agar pakaian yang dikenakan tidak melorot saat penari menari juga sebagai hiasan.

3.  AKSESORIS / PERHIASAAN


·         Gelang Tangan
Gelang tangan pada penari topeng tidak hanya terbuat dari logam, namun juga bisa terbuat dari kertas warna keemasan sebagai pengganti emas Asli. Penggunaan kertas untuk mengganti logam emas ini biasanya dilakukan untuk menekan biaya pengeluaran.
·         Ronce Bunga
Ronce bunga atau untaian bunga yang disusun menjadi anting panjang ini biasanya digunakan dalam pementasan tari topeng cirebon. Bunga yang digunakan biasanya bunga melati atau diganti dengan bandul warna merah atau kuning.
·         Mahkota Kembang
Mahkota kermbang merupakan nama aksesoris mahkota warna warni yang ada di atas kepala penari tari topeng betawi. Tidak semua penari topeng menggunakan mahkota kembang, hanya tarian topeng betawi saja yang menggunakan properti ini.
·         Anting
Jenin jenis anting dalam tari topeng pun beragam, ada yang panjang dengan bandul warna warni ada juga yang pendek dan sederhana. Penggunaan anting ini tidak wajib, boleh mengenakan boleh juga tidak.
·         Gelang Kaki
Gelang kaki adalah aksesoris yang digunakan pada pergelangan kaki penari. Tiap daerah memiliki aksesoris gelang kaki yang berbeda beda, ada yang terbuat dari bahan logam maupun dibuat dari tali benang yang dihiasi oleh bandul warna warni.
·         Sumping
Sumping merupakan aksesoris yang dipakai pada bagian atas telinga, baik yang kiri maupun yang kanan. 
·         Keris
Keris adalah properti yang termasuk dalam aksesories pada tari topeng. Namun tidak semua tari topeng menggunakan keris, sebagian ada yang menggunakan keris sebagai propertinya dan sebagian tidak.

4. ALAT MUSIK / PENGIRING


adalah satu properti pendukung tari topeng yang tidak bisa ditinggalkan adalah alat musik. Tidak hanya satu jenis alat musik saja yang digunakan untuk mengiringi tarian ini. Ada beberapa alat musik yang digunakan, antara lain:
§  Satu Pangkon Saron.
§  Satu Pangkon Bonang.
§  Tiga Buah Gong yaitu Kiwul, Sabet, Telon.
§  Satu Pangkon Titil.
§  Satu Pangkon Kenong.
§  Seperangkat Alat Kecrek.
§  Satu Pangkon Jengglong.
§ Satu Pangkon Ketuk.
§  Dua Buah Kemanak.
§  Satu Pangkon Klenang.
§  Seperangkat Kendang Yang Terdiri Dari Ketiping, Kepyang, dan Gendung.

5. TATA RIAS


Berdasarkan fungsinya, tata rias tari Topeng dapat dibedakan menjadi rias natural dan teatrikal. Tata rias natural digunakan untuk “mempercantik” wajah penari sedangkan tata rias teatrikal digunakan untuk membentuk karakter yang digambarkan dalam sebuah tarian atau dramatari. Tata rias seperti yang dijelaskan di atas menggunakan bahan-bahan kosmetik dan beberapa alat untuk mengaplikasikan nya di muka penari. 

Kosmetik untuk merias muka penari terdiri dari berbagai bahan. Di antara bahan-bahan yang umum digunakan dalam tata rias tari Bali adalah bedak dasar (foundation), bedak tabur (powder) dan bedak padat (compact powder), pemerah bibir (lipstik), pemerah pipi (rouse), pensil alis (eyebrow pencil), pewarna kelopak mata (eyes shadow), pensil mata (soft eyebrow pencil) dan cilak (eye liner). Alat-alat yang digunakan untuk merias antara lain kuas rias, spon dan kapas. 

Kosmetik digunakan untuk tata rias natural maupun teatrikal. Tata rias natural pada dasarnya digunakan bukan untuk menyembunyikan wajah asli sang penari, lebih kepada pemberian aksen pada bagian tertentu seperti alis, mata, bibir dan lainnya. Sedangkan tata rias teatrikal digunakan untuk membentuk wajah sesuai karakter dengan melibatkan goresan-goresan pada wajah penari seperti merubah bentuk alis, hidung, bibir dan sebagainya menyebabkan wajah asli sang penari tidak mudah dikenali.

Senin, 30 Desember 2019

Jenis-Jenis Seni Tari

Desember 30, 2019 0

Seni tari merupakan sebuah seni yang mempelajari tentang gerak tubuh berirama yang dilakukan pada saat tertentu. Biasanya kita sering menyaksikan pementasan seni tarian baik itu tradisional maupun modern. Bahkan, perkembangan teknologi pun dapat membuat kita belajar mengenai seni tari secara mendalam.
Pada dasarnya, seni tari dapat dikelompokkan menjadi dua jenis tari. Dari kedua itu maka kita bisa mengetahui perbedaan dari seni tari sendiri. Dua macam perbedaan itu bisa dilihat dari jumlah penarinya dan macam genre/aliranya.
1.      Tari Berdasarkan Jumlah Penarinya
Dalam sebuah tarian pasti ada sebuah subjek utama yang menjalankan tarian tersebut. Subjek tersebut adalah penari. Yang lain hanya pendukung agar lebih terlihat indah saja. Seperti para pemain musik yang mengiringi tari tersebut, dan lain sebagainya. Maka dari itu, tidak akan dikatakan seni tari jika subjek utama ini tidak ada.
Dalam hal ini maka dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori. Berikut penjabarannya.
a.         Tari tunggal (solo), Sebuah tari seni yang dibawakan oleh satu orang penari. Baik itu penari laki-laki maupun perempuan. Contoh : Tari Gatotkaca asal Jawa Tengah.
b.        Tari berpasangan (duet), Sebuah tari seni yang dibawakan oleh dua orang penari. Baik itu penari laki-laki dengan laki-laki, perempuan dengan perempuan, ataupun campur laki-laki perempuan. Contoh : Tari Topeng asal Jawa Barat.
c.      Tari berkelompok (group), Sebuah tari seni yang dibawakan oleh banyak orang atau berkelompok. Penari biasanya lebih dari dua orang. Baik dilakukan dengan laki-laki semua, perempuan semua, ataupun campur laki-laki dan perempuan. Contoh : Tari Saman asal Aceh.
2.      Tari Berdasarkan Genre/Aliranya
Seni tari juga dibedakan berdasarkan genre atau alirannya. Dalam hal ini mencangkum aliran  gerakan tarian itu sendiri dan variasi musik yang dibawakan. Aliran seni tersebut dapat dikelompokan menjadi lima kategori.
a.       Tari tradisional
Seni tari tradisional yaitu tarian yang diwariskan dari masa ke masa sejak zaman dahulu, yang dilestarikan lalu menjadi budaya di sebuah daerah. Dalam tarian tersebut terdapat nilai, filosofi, simbol dan unsur religius.
Tari tradisional biasanya tidak berubah dari masa ke masa. Dari segi pakaian tari, rias, kostum, dan tarian itu sendiri. Karena tarian seperti ini biasanya salah satu tujuannya adalah agar tetap terjaga dan tidak hilang dimakan zaman.
b.      Tari tradisional klasik
Tari ini merupakan tarian tradisional yang dikembangkan oleh kalangan bangsawan istana atau keraton saja. Dikatakan bahwa tarian ini tidak boleh diganti gerakannya, pun juga semua jenis tari tradisional memang tidak bisa diganti gerakannya.
Jika tarian tersebut diganti atau hanya sekedar ditambah, yang isi tarian tersebut adalah budaya kerajaan, maka hanya akan merusak nilai sebuah tarian itu sendiri. Walaupun zaman sudah berganti puluhan tahun, atau bahkan ratusan tahun. Tarian itu tidak boleh diotak-atik.
Ciri seni tarian tradisional klasik adalah tarian yang bernuansa anggun dan berwibawa, juga jubah dan aksesoris mewah yang dikenakan oleh para penari. Biasanya tarian ini diadakan untuk menyambut sebuah tamu kehormatan dan berkebangsaan.
Contoh dari tarian ini adalah Tari Bedhaya Srimpi asal Jawa Tengah dan Tari Sang Hyang asal Bali.
c.       Tari tradisional kerakyatan
Kebalikan dari tari tradisional klasik, tari tradisional kerakyatan justru dikembangkan dari masyarakat kaum bawah atau rakyat biasa. Berbeda dengan tradisional klasik, tarian yang satu ini gerakannya tidak terlalu baku. Bahkan bisa di satu padukan dengan gerakan baru yang lebih menarik. Karena tarian ini tidak harus memilki syarat yang berbelit untuk melakukannya. Dari segi gerakan maupun penampilan.
Tari tradisional kerakyatan biasanya di laksanakan atau di adakan dalam bentuk upacara perayaan dan sebagai tari pergaulan.
Contoh dari tarian ini adalah Tari Jaipong asal Jawa Barat dan Tari Lilin asal Sumatra Barat.
3.      Tari kreasi baru
Tari kreasi baru adalah sebuah tarian yang dikembangkan oleh seorang koreaografer atau juga disebut penata tari. Seni gerakan yang ditampilkan juga sudah jauh dari kaku. Gerakan yang ditampilkan bersifat bebas, tapi masih tetap dalam kaidah gerakan tari yang estetis dan indah.
Riasan dan iringan musik dalam tari kreasi baru juga sangat beragam. Tergantung dengan tema dan tujuan yang ingin dibawakan oleh penari tersebut.
Tari kreasi baru dibagi menjadi dua bagian. Yaitu tari kreasi baru pola tradisi dan tari kreasi baru pola non tradisi.
a.       Tari kreasi baru pola tradisi, Tari seni ini menggunakan sentuhan unsur tradisional. Baik itu gerakannya, rias dan kostum, iramanya. Ada nilai-nilai tradisi yang dibawakan dalam tarian jenis ini.
b.      Tari kreasi baru pola non tradisi. Sebaliknya, tarian ini adalah tarian yang tidak menggunakan sama sekali unsur tradisional dalam tariannya. Baik itu gerakannya, rias dan kostum, iramanya. Dari sini kita bisa mengartikan bahwa tarian ini adalah tarian modern.
4.      Tari kontemporer
Tarian jenis ini memupakan sebuah tarian yang mengunakan gerakan-gerakan yang beresifat simbolik, unik dan mengandung pesan tertentu didalamnya. Irama musik yang digunakan juga tidak biasa, cukup dibilang unik. Mulai dari musik sederhana, orkestra, sampai musik flutyloops yang diambil dari teknologi musik digital.
Riasan wajah dan kostum dari tarian ini juga terbilang aneh sesuai dengan tema yang dibawakan. Terbilang aneh, mungkin karena tarian ini yang biasanya membawakan sebuah gerakan berbentuk mengenang sebuah perjuangan seorang tokoh, atau kejadian, atau juga hari tertentu yang mana meninggalkan cerita khusus.

Seni tari memiliki beberapa fungsi. Apa saja fungsi dari seni tersebut? Berikut ulasanya.
a.       Tari pertunjukan, Yaitu tari yang disiapkan untuk suatu acara dan dipentaskan. Tarian ini menonjolkan dari sisi koreografi artistik, konsep yang bagus dan ide yang matang. Serta tema yang tertata sedemikian rupa sehingga tarian tersebut menjadi menarik dan indah.
b.      Tari upacara, Yaitu tarian yang dilakukan hanya pada upacara adat maupun acara yang bernuansa keagamaan. Tarian ini mengutamakan adanya ke khidmatan dan komunikasi pada Sang Pemilik Alam.
c.       Tari hiburan, Yaitu tarian yang diadakan hanya untuk menghibur penonton saja. Biasanya tarian ini dimainkan dengan alunan musik dan irama yang enak didengar. Gerakan tarinya juga bebas dari berbagai macam nilai, tradisi, atau adat. Yang terpenting dari tarian ini adalah mampu menghilangkan rasa jenuh para pendengar atau penonton.
d.      Tari pergaulan, Yaitu tarian yang dimainkan untuk berinteraksi ke sesama saja. Tarian ini biasanya digunakan untuk saling adu unjuk rasa dalam kesenian. Dalam gerakanganya juga terlihat lincah dan memiliki sifat komunikatif. Sehingga mampu memberikan interaksi atau timbal balik ke sesama.
e.       Tari kesenian, Yaitu tarian yang dilaksanakan untuk tujuan pelestarian budaya. Biasanya tarian ini bernuansa tradisional. Karena menghargai warisan budaya penggilan nenek moyang pada zaman dahulu. Tarian ini hanya dipentaskan pada saat hari atau momen kebudayaan saja.


Arsip Blog

Visit Us

https://senzeyizal.blogspot.com/