Jumat, 29 November 2019

Kebudayaan cirebon jawa barat

A. Budaya Cirebon


Budaya Cirebon adalah sebuah entitas yang khas dan unik, tidak bisa diabaikan begitu saja dalam kajian kebudayaan etnis di Indonesia. Kondisi geografisnya sangat memungkinkan terjadinya persilangan budaya, terutama budaya Sunda, Jawa, Cina, Arab, India, dan terakhir budaya Barat yang diterima dengan penuh bangga oleh kaum muda.

Masa-masa kolonial dan pemaksaan sikap feodalistik telah menimbulkan suatu sikap Resistence of Colonised perlawanan si terjajah terhadap coloniser (penjajah). Posisi Geopolitik Cirebon memaksakan keharusan kepemimpinan yang kuat, ”lemah berarti bencana”. Di tengah dua kekuatan politik dan militer (Mataram dan Belanda) dan dua kekuatan kultural (Sunda dan Jawa) yang sebagai the other. Sikap egaliternya merasa diinjak-injak, tak mampu melakukan perlawanan fisik karena kehilangan daya organisasinya. Wong Cherbon melakukan pemerdekaan kultural.

Dengan mencomot bagian-bagian budaya para penghimpitnya, lahirlah suatu kultur yang diakui sebagai jati diri wong Cherbon, tanpa membuat para penghimpitnya tersinggung, karena sikap konfrontasinya dihilangkan dan karakteristik koeksistensi dan kooperasinya dikedepankan. Cirebon pun menjadi khas pada bahasanya, keseniannya, tradisinya dan ide-ide yang diyakinkannya.

Lahirlah tarling untuk menyatakan dirinya sejajar dalam koeksistensinya dengan Barat dicontohnya gitar, ditaklukannya dia lalu dimasukannya kedalam sistem nilai timur ( gamelan ), untuk kemudian betul-betul menjadi Cirebon. Lahir pula seni Burok dengan ditingkahi musik dog-dog, ia adalah Cirebon yang lahir dari Trans Kultural dengan angka persilangan budaya didalamnya, Burok walaupun dalam perwujudannya lahir dari sinkretisme Agama kultur Hamiyah-Samiyah (AD, AL Marzdedek, Parasit Akidah), ia dianggap mewakili Islam. Macan mewakili kultur keberanian dan kegagahan Siliwangi dan Cirebon, gajah akulturasi dari Hindu, kadang-kadang dalam seni Burok ini ditampilkan barongan (dari barongsai) tapi dengan pemain tunggal, bolehlah ia dianggap mewakili budaya Cina.

Pada tahap perkembangan tahun 1970-an seni burok diiringi musik tambahan gitar dengan iringan pujian Shalawat dan lantunan syair-syair Berjanzi lalu seiring perkembangan zaman seni ini termarjinalkan karena serbuan industri hiburan moderen. Nasibnya sama dengan tarling. Kedua kesenian ini kemudian bermetamorfose. Burok memadukan dog-dognya dengan dangdut, bahkan nuansa dangdutnya lebih dominan. Tarlingpun menjadi tarling dangdut lalu berkembang menjadi dangdut Cirebonan.

Namun perkembangan seni yang semula penuh makna simbolis filosofi religi, kini hanya mengedepankan nilai hiburannya saja, terdegredasi, mubadzir dan nilai rendah jauh dari agama dan kesantunan budaya asli Cirebon. Keduanya masih tetap Cirebon, tapi Cirebon yang sudah tercabut dari akarnya, semula dibangun sebagai bentuk pembebasan diri atau pemerdekaan, sekarang kembali jatuh menjadi kultur Subaltern (bawahan /jajahan) budaya lain.

Kota Cirebon memiliki berbagai seni dan budaya tradisional khas yang bernuansa Islam serta bercirikan tentang kehidupan dan perjuangan. Kota Cirebon juga memiliki event-event tradisional yang hingga saat ini masih dilaksanakan, seperti sedekah bumi/Mapag sri, Nadran (sepanjang wilayah pantai utara) dan muludan (setiap bulan maulid di kalender Islam).

Kebudayaan yang ada di Kota Cirebon sebenarnya memiliki potensi yang sangat potensial untuk dikembangkan sehingga dapat diberdayakan menjadi nilai tinggi yang dapat dilestarikan dan dapat disajikan nilai komoditas pariwisata sebagai daya tarik tersendiri di Kota Cirebon.

Kesenian, tradisi dan unsur-unsur nilai budaya yang amat luhur sebagai faktor penunjang dalam menyokong pembangunan di wilayah Kota Cirebon. Budaya yang cenderung religius berbaur dengan budaya Keraton yang bernuansa kerajaan sangat khas dan amat menonjol sebagai ciri khas yang amat kental di Kota Cirebon.

B. BEBERAPA KEBUDAYAAN ASLI CIREBON

 1. TARI TOPENG

Salah satu kesenian yang ada di Cirebon adalah seni tari yang dikenal dengan nama tari topeng yang mana sesuai dengan namanya, sang penari akan memakai topeng, seni tari ini pada awalnya merupakan sebuah alat diplomasi yang digunakan ketika Kerajaan Cirebon sedang berperang melawan Kerajaan Karawang, sang penari dalam tarian topeng ini akan mengganti topengnya sesuai dengan karakter yang dibawakan.

 2. SINTREN

Kebudayaan kedua yang dimiliki oleh Cirebon adalah berupa sebuah kesenian tari yang dikenal dengan nama tari sintren di mana seni tari ini memiliki unsur magis, pada awal pertunjukan seni tari, sang penari akan diikat dari mulai leher hingga ujung kaki kemudian dimasukkan ke dalam sebuah kurungan yang ditutup dengan kain namun setelah itu ternyata sang penari dapat membebaskan diri dari ikatan tersebut.

 3. KESENIAN GEMBYUNG

Kesenian ketiga yang dimiliki Cirebon adalah kesenian yang bernama gembyung di mana kesenian ini merupakan salah satu peninggalan dari dari para wali yang menyebarkan agama Islam di Cirebon. Kesenian Gembyung merupakan salah satu bentuk pengembangan dari kesenian terbang dan sering ditampilkan dalam acara – acara keagamaan yang ada di Cirebon seperti maulid, rajaban, dan syuro.

 4. GENJRING RUDAT

Kesenian selanjutnya yang dimiliki oleh masyarakat Cirebon adalah sebuah kesenian yang bernama genjring rudat di mana kesenian ini merupakan sebuah kesenian yang berkembang di lingkungan pesantren. Jenis alat musik yang biasanya digunakan dalam kesenian genjring rudat antara lain genjring, bedug, dan terbang yang biasanya diiringi dengan puji – pujian kepada Allah dan rasul-Nya.

 5. ANGKLUNG BUNGKO

Kesenian kelima sekaligus yang terakhir kami bahas di artikel ini adalah kesenian Cirebon yang dikenal dengan nama angklung bungko yang mana sering kali dipentaskan dalam acara – acara adat di antaranya nyadran, ngunjung buyut, dan berbagai jenis acara adat lainnya, dalam kesenian angklung bungko ini sang penari akan mementaskan berbagai tarian seperti tari panji, benteleye, dan tari lainnya.

 6. BUROQ

Kesenian Buroq lahir di Cirebon diperkirakan tahun 1920 di desa Kalimaro Kecamatan Babakan. Penciptanya yaitu Bapak Ta’al. Genjring Buroq merupakan kesenian helaran atau arak-arakan terutama dalam khitanan untuk mengarak pengantin sunat. Waditra yang digunakan adalah 4 buah genjring, gong, gitar, biola dsb. Peralatan boneka Buroq terdiri dari boneka yang berbadan kuda bersayap dan berkepala wanita cantik, sepasang boneka ondel-ondel, macan tutul dsb.

 7. TARLING KLASIK

Tarling Klasik adalah kesenian khas daerah Cirebon yang lahir diperkirakan tahun 1934 dan hingga saat ini masih populer digemari baik oleh masyarakat regional maupun nasional. Alat musik yang digunakan sangat sederhana yaitu gitar atau guitar dan bangsing/suling miring dilengkapi oleh alat musik lainnya seperti gong kendi, kecrek sendok, gendang terbuat dari tong sabun diberi karet untuk mengiringi lagu khas Cirebonan. Dari 2 buah alat musik gitar dan suling lahirlah kesenian yang disebut TARLING yang merupakan akronim dari kegua kata gitar dan suling.

 8. SAMPYONG

Sampyong atau ujungan merupakan salah satu seni pertunjukan rakyat yang diwarnai unsur tari, olahraga, bela diri, kekebalan dan unsur magic. Alat yang digunakan untuk adu kekuatan yaitu tongkat rotan ukuran panjang kurang lebih 125 cm. Waditra yang digunakan adalah bedug, ketuk kenong, gendang, gong, dan kecrek. Jumlah wiyaga hanya 5 orang. Sampyong atau ujungan berkembang di wilayah utara diantaranya daerah Cirebon Utaradan Kapetakan (Bedulan).

 9. JARAN LUMPING

Jaran Lumping dahulu disebut juga Jaran Bari dari kata Birahi atau Kasmaran, karena mengajarkan apa dan bagaimana seharusnya kita mencintai Allah dan Rasulnya. Oleh karenaitu tarian Jaran Lumping digunakan sebagai alat dalam mengembangkan agama Islam.Yang menciptakan Jaran Lumping adalah Ki Jaga Naya dan Ki Ishak dari Dana Laya Kecamatan Weru. Waditra yang digunakan yaitu bonang kecil, bonang Gede, panglima, Gendang, Tutukan, Gong, dan Kecrek. Sarana lainnya Damar Jodog, Sesajen, Pedupaan, Bara Api/Aran dan Jaran Lumping 5 buah yaitu Jaran Sembrani, Jaran Widusakti, Jaran Widujaya, Jaran Sekadiu. Busana penari menggunakan ikat wulung gundel meled, udeng merah, sumping kantil dan melati,selendang, rompi, celana sontok, kestag]en/bodong dan kain batik.

 10. TAYUBAN

Tayuban konon lahir di lingkungan kraton dan digunakan untukmenghormati tamu-tamu agung juga digunakan untuk acara-acara penting seperti pelakrama agung (perkawinan keluarga Sultan), tanggap warsa, peringatan ulang tahun, papakan, atau sunatan putra dalem. Tayuban kemudian menyebar dan berkembang di masyarakat dengan pengaruh negatif baik datangnya dari luar maupun dari dalam. Waditra yang digunakan adalah laras pelog, gendang, bedug, saron, bonang dsb. Wiyaga berjumlah 15 orang. Busana Wiyaga bendo, baju taqwa, kain batik dan celana sontok. Busana Ronggeng kembang goyang, melati suren, sanggung bokor, cinatok, sangsangan, krestagen dan alat perhias

Cirebon merupakan salah satu daerah di Pulau Jawa yang kaya akan budaya yang mana masih terus dijaga kelestariannya, beberapa budaya tersebut telah diulas pada artikel di atas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Arsip Blog

Visit Us

https://senzeyizal.blogspot.com/