Pada tari Topeng Cirebon tidak hanya terdapat satu gaya dalam setiap gerakannya, namun ada beberapa gaya tarian yang telah diakui secara adat,gaya-gaya ini berasal dari desa-desa asli tempat di mana tari Topeng Cirebon lahir dan juga dari desa lainnya yang menciptakan gaya baru yang secara adat telah diakui lepas dari gaya lainnya.berikut beberapa gaya tari Topeng Cirebon:
1. Tari Topeng Cirebon gaya Beber
Tari Topeng Cirebon gaya Beber adalah salah satu gaya tari Topeng Cirebon yang lahir di desa Beber, kecamatan Ligung, kabupaten Majalengka, Jawa Barat. Sejak abad ke 17, awalnya tari Topeng yang ada di desa Beber dibawa oleh seorang seniman dari Gegesik, Cirebon yang bernama Setian, tetapi menurut para ahli Dalang Topeng Cirebon gaya Beber seperti mimi Yayah dan Ki Dalang Kardama yang pertama kali membawa tarian Topeng ke desa Beber dan menjadi tari Topeng Cirebon gaya Beber adalah mimi Sonten dan Surawarcita yang masih berasal dari Gegesik sejak itu menurunkan beberapa generasi para seniman.
-Babak tarian
Pembagian babak pada tari topeng Cirebon gaya Beber menurut Ki Andet Suanda dilakukan dengan berdasar para interpretasi tentang sifat dan kesadaran manusia.
1. Topeng Panji, merupakan sebuah penggambaran dari sebuah jiwa yang halus.
2. Topeng Samba, merupakan sebuah penggambaran dari sebuah jiwa yang sedang tumbuh.
3. Topeng Temenggung, merupakan sebuah penggambaran dari sebuah jiwa yang sudah dewasa.
4. Topeng Jinggananom + Temenggung, merupakan sebuah penggambaran dari pertarungan antara jiwa yang memiliki nafsu baik dan nafsu jahat.
5. Topeng Klana, merupakan sebuah penggambaran dari jiwa manusia yang penuh dengan hawa nafsu dan emosi.
6. Topeng Rumyang, merupakan sebuah penggambaran dari jiwa manusia yang sudah melepaskan nafsu duniawinya dan menjadi manusia yang harum.
Babak Rumyang pada tari Topeng Cirebon gaya Beber dipentaskan di akhir pagelaran, menurut Ki Pandi Surono (budayawan Cirebon sekaligus maestro tari Topeng Cirebon gaya Beber) pada masa lalu pagelaran tari Topeng Cirebon terutama gaya Beber dilakukan pada malam hari dan babak Rumyang dipentaskan mendekati terbitnya matahari saat sinar matahari terlihat samar-samar dari kata ramyang inilah kemudian babak ini dinamakan, keterangan lebih lanjut tentang filosofi babak rumyang yang dipentaskan diahkhir setelah babak Topeng Klana yang merupakan proyeksi dari jiwa yang penuh nafsu.
2. Tari Topeng Cirebon gaya Brebes
Tari Topeng Cirebon gaya Brebes sebenarnya merupakan tari Topeng Cirebon gaya Losari yang mendapatkan banyak pengaruh lokal, termasuk dari segi alur ceritanya.
Tari Topeng Cirebon gaya Brebes merupakan jenis tari Topeng Cirebon yang berkembang di wilayah kecamatan Losari, kabupaten Brebes yang mendapat pengaruh dari kebudayaan Jawa.
Tari Topeng Cirebon gaya Brebes menceritakan legenda Joko Bluwo, seorang pemuda petani desa yang berwajah buruk rupa berkeinginan untuk mempersunting putri raja yang cantik jelita bernama Putri Candra Kirana. Dikisahkan, keinginan Joko Bluwo akhirnya dikabulkan sang raja, setelah Joko Bluwo memenuhi syarat yang diajukan Raja.
Namun, di tengah pesta pernikahan, seorang raja dari kaum raksasa yang juga berkeinginan menikahi putri Candra Kirana datang dan membuat kekacauan. Dia mengajak bertarung pada Joko Bluwo untuk memperebutkan sang putri. Joko Bluwo akhirnya berhasil mengalahkan raja raksasa dan hidup bahagia bersama putri Candra Kirana.
3. Tari Topeng Cirebon gaya Losari
Tari Topeng Cirebon gaya Losari memiliki daerah penyebaran di sekitar kecamatan Losari, kabupaten Cirebon dan kecamatan Losari, kabupaten Brebes, menurut maestro tari Topeng Cirebon Irawati Ardjo, lokasi Losari yang berbatasan dengan wilayah Jawa Tengah membuat tari Topeng Cirebon gaya Losari banyak dipengaruhi elemen-elemen budaya jawa.
Pada kebanyakan penari Topeng Cirebon terutama yang mendalami gaya-gaya tari Topeng Cirebon dari wilayah barat seperti gaya Slangit, maka akan ditemukan pakaian penarinya menggunakan kain batik khas cirebon motif mega mendung, hal ini berbeda dengan pakaian para penari Topeng Cirebon gaya Losari yang menggunakan kain batik motif parang yang merupakan motif khas batik dari budaya jawa.
Musik pengiring pada gaya Losari menggunakan gamelan yang dipengaruhi oleh budaya jawa. Pada saat tampil menari, penari Topeng Cirebon gaya Losari menjadikan kotak topeng dan para nayaga (penabuh gamelan) sebagai sebuah pusat pertunjukan, oleh karenanya banyak kelompok tari Topeng Cirebon gaya Losari yang menjaga harga diri dan kesucian ritual tariannya, beberapa kelompok tari Topeng Cirebon gaya Losari juga menolak jika pertunjukannya harus diselingi dengan pertunjukan musik dangdut atau organ tunggal sesuai dengan permintaan penonton. Berikut merupakan musik pengiring dari pagelaran tari Topeng Cirebon gaya Losari ;
· Tetaluan (gagalan), merupakan merupakan tabuhan gamelan yang dimainkan sebelum penari atau dalang topeng muncul pada panggung tari.
· Pamindo naek barlen.
· Barlen, merupakan musik untuk mengiringi pagelaran lakon Patih Jayabadra dan Kili Paduganata
· Bendrong, merupakan musik untuk mengiringi pagelaran lakon Jingga Anom dan Tumenggung Magangdiraja.
· Ombak banyu, merupakan musik untuk mengiringi pagelaran lakon Tumenggung Magangdiraja dari negeri Bawarna.
· Gonjing pangebat, merupakan musik untuk mengiringi pagelaran lakon Klana Bandopati
· Rumyang, merupakan musik untuk mengiringi pagelaran lakon Samba dalam babak rumyang.
Pada gaya Losari, gerakan tidak hanya berpaku pada pola geometris seperti yang biasa dilakukan pada kebanyakan gaya tari Topeng Cirebon, tetapi juga menggunakan pola gerakan yang luwes.[14] Gerakan yang menjadi khas gaya Losari di antaranya adalah ;[15]
· gantung sikil yaitu gerakan menaikan satu kaki dan bertumpu pada kaki lainnya dengan berjinjit selama kurang lebih sepuluh menit
· geleyong yaitu gerakan badan didorong ke kiri dan ke kanan dengan sesekali melenggokan badan ke belakang
· naga seser yaitu gerakan kuda-kuda dimana kaki penari dibuka setengah jongkok dengan kaki kiri yang ditutupi juntaian kain.
Berbeda dengan kebanyakan tingkatan babak (alur cerita) tari Topeng Cirebon dari wilayah barat yang memiliki lima tingkatan yaitu ;
· Panji, menceritakan karakter manusia yang baru lahir
· Samba, menceritakan karakter anak-anak
· Rumyang, menceritakan karakter manusia yang bergejolak menuju kedewasaan
· Tumenggung, menceritakan manusia yang sudah dewasa
· Klana, menceritakan manusia yang dursila (memiliki emosi dan amarah jahat di dalam dirinya)
Pada gaya Losari, alur cerita atau urutan tari tidak mengutamakan pada pembabakan cerita secara watak, tetapi lebih kepada teknik dan penjiwaan karakternya. Ada delapan tingkatan alur cerita pada tari Topeng Cirebon gaya Losari, yaitu ;
· Panji Sutrawinangun
· Patih Jayabadra
· Kili Paduganata
· Tumenggung Magangdiraja
· Jinggan Anom
· Klana Bandopati
· Rumyang
· Lakonan
Berbeda dengan gaya tari Topeng Cirebon dari wilayah barat di mana kelima babaknya bisa dibawakan seluruhnya oleh seorang penari, pada gaya Losari, setiap alur cerita atau babak dapat dibawakan oleh penari yang berbeda-beda.
4. Tari Topeng Cirebon gaya Palimanan
Ki Dalang Ade Irfan menggunakan kostum milik Nyai Soedji (putri bungsu dari Ki Wentar. maestro tari Topeng Cirebon gaya Palimanan) pada pementasan babak topeng Klana dari tari Topeng Cirebon gaya Palimanan di teras keraton Kacirebonan, kota Cirebon
Musik pengiring yang digunakan pada pagelaran tari Topeng Cirebon gaya Palimanan diantaranya adalah ;
- Kembang sungsang, merupakan tetaluan (tabuhan gamelan) yang dimainkan saat pagelaran tari Topeng Cirebon gaya Palimanan babak Panji
- Gaya-gaya, merupakan tetaluan (tabuhan gamelan) yang dimainkan saat pagelaran tari Topeng Cirebon gaya Palimanan babak Samba, kata Gaya-gaya diambil dari gerakan watak Samba yang lincah dan banyak tingkah.
- Bendrong, merupakan tetaluan (tabuhan gamelan) yang dimainkan saat pagelaran tari Topeng Cirebon gaya Palimanan babak Jingga Anom dan babak akhir yaitu Klana Udeng
- Gonjing, merupakan tetaluan (tabuhan gamelan) yang dimainkan saat pagelaran tari Topeng Cirebon gaya Palimanan babak Klana
- Kembang kapas, merupakan tetaluan (tabuhan gamelan) yang dimainkan saat pagelaran tari Topeng Cirebon gaya Palimanan babak Rumyang
- Tetaluan yang dibawakan untuk mengiringi pagelaran tari Topeng Cirebon gaya Palimanan kurang lebih memiliki kesamaan dengan yang ada pada gaya Gegesik yaitu dengan dimainkannya tetaluan Kembang Sungsang, Kembang Kapas dan Gonjing, kesamaan pada gaya Losari bisa dilihat dari dimainkannya tetaluan Bendrong pada babak Jingga Anom, kedekatan ini kemungkinan terjadi karena menurut penuturan para budayawan dahulu, sesepuh tari Topeng Cirebon gaya Palimanan berasal dari wilayah timur kabupaten Cirebon tepatnya di wilayah kecamatan Astana Japura, kabupaten Cirebon.
Babak tarian yang dibawakan pada gaya Palimanan hampir serupa dengan yang ada pada gaya Beber dan Randegan namun dengan penambahan babak Klana Udeng sebagai akhir dari pagelarannya.
· Panji, gerakannya sangat menghayati diam namun penuh arti, sunyi ing raga, ngaji diri (bahasa Indonesia: menyepi diam dan mendekatkan diri) terhadap allah swt, babak ini dalam gaya Palimanan melambangkan jiwa yangg bersih suci tanpa dosa seperti bayi yang baru lahir.
· Samba, gerakannya sangat lincah merefleksikan anak balita yang sangat lincah dan senang bermain.
· Tumenggung, menggambarkan jiwa yang mulai dewasa dengan ditandai tumbuh kumis tipis pada topeng tumenggung yang merefleksikan sudah dimilikinya tanggung jawab dalam kehidupan.
· Jingga anom, babak pementasan seperti teater yang menceritakan tokoh Jingga Anom.
· Klana, merefleksikan sekumpulan puncak jiwa amarah murka dari topeng Panji, Samba, Tumenggung, Jingga Anom yang menjelma jadi satu menjadi angkra murka
· Rumyang, babak Rumyang ini menandai sudah terlepasnya hawa nafsu duniawi, dipentaskan saat terbitnya matahari, saat sinar sudah terlihat samar-samar.)
5. Tari Topeng Cirebon gaya Slangit
Tari Topeng Cirebon gaya Slangit utamanya terpusat disekitar desa Slangit, kecamatan Klangenan, kabupaten Cirebon, gaya inilah yang kemudian digunakan dan dikembangkan menjadi gaya tari Topeng Cirebon pada sanggar kesenian Sekar Pandan milik kesultanan Kacirebonan.
Musik pengiring yang digunakan dalam tari Topeng Cirebon gaya Slangit merupakan musik-musik khas gamelan Cirebon, berikut urutannya[19] ;
- Tetaluan, dikenal juga dengan nama gagalan merupakan tabuhan gamelan yang dimainkan sebelum penari atau dalang topeng muncul pada panggung tari.
- Kembang Sungsang, merupakan lagu pengiring yang digunakan untuk mengiringi pagelaran tari Topeng pada babak Panji.
- Singa Kawung, merupakan lagu pengiring yang digunakan untuk mengiringi pagelaran tari Topeng pada babak Samba.
- Kembang Kapas, merupakan lagu pengiring yang digunakan untuk mengiringi pagelaran tari Topeng pada babak Rumyang.
- Tumenggungan, atau dikenal dengan nama bendrong merupakan lagu pengiring yang digunakan untuk mengiringi pagelaran tari Topeng pada babak Tumenggung atau Patih.
- Gonjing, merupakan lagu pengiring yang digunakan untuk mengiringi pagelaran tari Topeng pada babak Klana.
Pagelaran tari Topeng Cirebon gaya Slangit terdiri dari lima babak yaitu :
1. Panji,
2. Samba (Pamindo),
3. Rumyang,
4. Tumenggung
5. Klana.
Ki dalang Sudjana Arja menafsirkan pagelaran topeng Cirebon gaya Slangit kedalam tiga fase yaitu pertumbuhan jasmani manusia (dari mulai bayi hingga dewasa, suasana kebatinan manusia di mana manusia mempergunakan fungsi indranya dalam komunitas sosialnya dan makna keagamaan yang ditunjukan secara simbolis mengenai sifat dan perilaku manusia.
Gerakan tari yang menjadi ciri khas dari gaya Slangit adalah gerakan bahu dan pinggang yang kuat serta gesit dan mendetail dalam setiap perpindahan geraknya, dikarenakan urutan gerakannyayang sangat mendetail maka gaya Slangit dijadikan sebuah acuan dalam pengajaran tari Topeng Cirebon dalam lingkup akademis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar