Senin, 30 Desember 2019

Mengenal 5 Tari Topeng dari 5 Daerah Berbeda di Nusantara




Indonesia memang surga bagi budaya dan setiap jengkal dari Indonesia memiliki adat istiadat yang unik dan berbeda-beda. Dari adat istiadat dan budaya tersebut terurai kembali jadi ragam seni yang memukau. Tari adalah salah satunya. Sudah bukan rahasia lagi jika negara ini punya banyak sekali tari yang memiliki gerakan-gerakan memukau. Terlihat sederhana tapi penuh makna.
Salah satu tari yang jadi ciri khas Indonesia adalah tari topeng. Di antara tari-tari lain bisa dibilang tari topeng nusantara ini paling punya variasi yang beragam. Tergantung siapa dan dari mana penari berasal. Tari topeng dari Jakarta akan jauh berbeba dengan tari topeng Bali. Begitu juga tari topeng Cirebon akan jauh berbeda dengan tari topeng Magelang. Kekayaan itu yang mesti kita pelajari. Setidaknya kalau tak sempat belajar menari, kita mengerti perbedaan-perbedaan tari topeng dari satu daerah dan daerah lain.
Tidak sembarang topeng bisa digunakan dalam sebuah pagelaran seni tari topeng. Setiap topeng yang digunakan dalam sebuah seni tari topeng memiliki makna dan karakter tersendiri. Di Indoneseia seni topeng hadir di berbagai daerah. Tentunya dengan cerita dan karakter tersendiri.
1.      Tari Topeng Magelang
Magelang juga punya karya tarinya tersendiri, dan topeng menjadi bagian yang tak bisa dilepaskan dari Tari Topeng Magelang. Tari Topeng Magelang atau biasa orang menyebutnya juga Tari Topeng Ireng adalah tarian yang dilakukan beramai-ramai, bisa 10 orang atau lebih. Salah satu daya pikat tari topeng ini adalah kostum yang dipakai penari. Benar-benar di luar pakaian atau kostum Jawa. Kostum yang dipakai ini justru lebih identik dengan pakaian adat suku Dayak Kalimantan.
Tari Topeng Magelang ini adalah hiburan bagi masyarakat. Jika tari ini sudah mentas, maka keriuhan akan terjadi. Dalam tarian ini, mulut para penari akan berteriak-teriak. Kaki mereka yang sudah disematkan benda seperti gelang akan terus dihentakkan sehingga timbul suara gemerincing. Belum lagi tepukan tangan penonton sebagai apresiasi. Tari Topeng Magelang ini memang selalu seru untuk ditonton.
2.      Topeng Malang
Kota Apel ini juga memiliki kesenian khas tari bertopeng. Kota yang terletak di Jawa Timur ini memiliki Tari Topeng Malangan. Tari topeng ini juga memiliki alur cerita seperti halnya dengan tari topeng yang berasal dari Bali. Tapi, jika dilihat tari ini juga mirip dengan kesenian adat Jawa lain yaitu wayang orang.
Keberadaan seni topeng Malang dikenal sejak zaman Mpu Sindok pada masa kerajaan Gayana (760 Masehi). Pada waktu itu, topeng pertama yang diciptakan terbuat dari emas dan dikenal dengan istilah puspo sariro yang berarti bunga dari hati yang paling dalam. Puspo Sariro merupakan simbol pemujaan raja Gayana terhadap arwah ayahnya, Dewa Sima.
Hingga kini pusat pengrajin topeng khas Malang masih bisa ditemui di Desa Kedungmonggo yang terletak di Kecamatan Pakisaji, Kabupaten Malang. Bagi masyarakat desa ini wayang topeng lebih dari sekadar benda seni semata. Ada sebuah penghidupan dan keyakinan spritiual yang diyakini masyarakat sekitar. Dalam pembuatan topeng saja misalnya, kerap diiringi oleh batin sang pembuat demi menghasilkan topeng yang memiliki yoni atau kharisma yang kuat.
Ragam hias pada topeng Malang antara lain: ragam hias Urna (pada bagian kening), ragam hias Dahi (menunjukkan sifat kebangsawanan seperti melati, kantil, dan teratai). Sementara warna topeng khas Malang melambangkan karakter tokoh dalam dunia pewayangan. Warna putih menggambarkan jujur, suci, dan berbudi luhur; warna kuning menggambarkan kemuliaan; warna hijau menggambarkan watak satria dan warna merah menggambarkan kebengisan atau tokoh jahat.
3.      Topeng Bali
Di pulau Dewata. Pulau seribu wisata ini juga menyimpan keanekaragaman budaya. Tari topeng Bali adalah satu daya pikat bagi provinsi yang beribukota Denpasar itu. Nah, Tari Topeng Bali ini mirip dengan pagelaran drama, yakni ada jalan ceritanya. Meski begitu semua dilakukan dengan gerakan. Terlebih, Tari Topeng Bali ini memang memiliki alur cerita. Tari Topeng Bali ini dimainkan dengan latar belakang musik gamelan. Penggunaan topeng dalam tarian khas Bali ini adalah wujud pemujaan untuk para leluhur masyarakat. Tiap tarian ini dipentaskan, maka jaminannya adalah banyaknya penonton yang hadir untuk menikmati.           Ada dua jenis topeng Bali, yakni topeng penuh yang menutup seluruh wajah dan topeng setengah (menutup hanya sebagian dari dahi hingga rahang atas, termasuk yang hanya menutup bagian dahi dan hidung).
Pelakon seni topeng yang menggunakan topeng penuh, tidak perlu berdialog secara langsung dengan lawan tarinya, sedangkan pelakon yang memakai topeng setengah dapat berdialog langsung dengan lawan tarinya memakan dialog berbahasa Kawi dan Bali.
Sementara tentang karakter dalam topeng Bali terdiri dari Pangelembar (topeng keras dan topeng tua), Panasar (Kelihan – yang lebih tua, dan Cenikan yang lebih kecil, Ratu (Dalem dan Patih) dan Bondres (rakyat).
4.      Topeng Betawi
Masyarakat Betawi memang memiliki kesenian tari tradisional yang cukup termasyhur. Selain Lenong, Tari Topeng juga masuk ke dalam list budaya unggulan orang-orang betawi.Tari topeng menjadi salah ciri khas kesenian tari yang berkembang di Betawi. Dengan warna dominan merah, kuning, dan hitam, masyarakat Betawi kerap menghadirkan pertunjukan tari topeng dalam acara khitanan dan perkawinan. Tari Topeng Betawi biasanya diiringi dengan  alat musik tradisional betawi seperti rebab, gendang besar, kempul, kromong tiga, kecrek, kulanter dan gong buyung.
Cerita yang paling sering dibawa pada topeng Betari adalah cerita tentang Pa Jantuk dan keluarganya. Sedangkan dalam hal karakterisitik wajah pada topeng Betawi ragam hiasnya tidak terlalu banyak seperti pada topeng Bali atau topeng Malang. Dengan karakter mata sipit dan cenderung berwajah feminin, kebanyakan topeng didominasi warna putih.

5.      Topeng Cirebon
Kota udang ini juga memiliki tarian yang mesti menggunakan topeng. Bahkan bisa dibilang tari topeng jadi tontonan budaya andalan di Kota paling timur Jawa Barat ini. Tari Topeng Cirebon memang memiliki banyak sekali variasi. Mulai dari variasi daerah sampai dengan variasi topeng.
Topeng Cirebon yang juga biasa disebut ‘kedok’ amat erat kaitannya dengan penyebaran agama Islam di Cirebon. Riwayatnya, topeng ini kerap dipakai oleh Sunan Panggung dari Demak atau oleh Sunan Kalijaga sebagai sarana dakwah di kota ini. Namun kini, topeng Cirebon lebih sering dimanfaatkan sebagai media hiburan melalui kreativitas tari.
Dalam tari topeng Cirebon, tiap penari harus benar-benar bisa menyatu dengan setiap karakter yang dipentaskan. Sebagai contoh Topeng Panji berkarakter halus; Topeng Pamindo/Samba berkarakter ganjen (lincah, ladak); topeng Rumyang berkarakakter ganjen (lincah, ladak) namun tak selincah Topeng Pamindo; Topeng Tumenggun/Patih berkarakter gagah; dan Topeng Klanan berkarakter gagah kasar.
Dengan karakter topeng wajah tampang lebih lebar dan bagian hidung juga dagu yang runcing, tari topeng Cirebon biasanya dibagi menjadi lima pembagian/penyajian. Lima topeng pokok disebut sebagai topeng panca wanda yang artinya topeng lima watak yang  tiap pembagian tersebut menceritakan watak dan tahap kehidupan manusia.
Ø  Topeng Panji atau tahap kelahiran.
Ø  Topeng Pamindo/Samba atau tahap kanak-kanak.
Ø  Topeng Rumbyang atau tahap dewasa
Ø  Topeng Tumenggung/patih atau tahap mencari kedudukan dalam masyarakat
Ø   Topeng Klana/Rowana atau tahap manusia yang telah dikuasi hawa nafsu.(*) 
Kelima topeng tersebut memiliki filosofinya masing-masing. Filosofi itu akan masuk pula dan memengaruhi gerakan pada tarian. Tari Topeng Cirebon juga pernah di tulis oleh Thomas Stamford Rafflesh dalam bukunya yang berjudul The History of Java.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Arsip Blog

Visit Us

https://senzeyizal.blogspot.com/