Senin, 23 Desember 2019

Tradisi Tari Topeng Gegesik Cirebon


Tari topeng Cirebon adalah salah satu tarian di wilayah kesultanan Cirebon. Tari Topeng Cirebon, kesenian ini merupakan kesenian asli daerah Cirebon, termasuk Subang, Indramayu, Jatibarang, Majalengka, Losari, dan Brebes. Disebut tari topeng karena penarinya menggunakan topeng di saat menari. Pada pementasan tari Topeng Cirebon, penarinya disebut sebagai dalang, dikarenakan mereka memainkan karakter topeng-topeng tersebut.
Dalam tari Topeng Cirebon gaya Gegesik ini tersebar di sekitaran Kecamatan Gegesik yang berada dalam Kabupaten Cirebon. Dalam gaya Gegesik ini yang terlihat berbeda adalah ekspresi wajah dari topengnya.

Topeng Panji dalam gaya Gegesik ini memiliki raut wajah yang tenang, wajahnya berwarna putih, senyumnya terkulum, hidung mancung dan memiliki mata yang sipit dengan tatapan yang menunduk tajam.

Gegesik ini merupakan salah satu pusat perkembangan kesenian yang ada di Cirebon. Tarian ini juga termasuk menjadi salah satu kesenian yang ada di pusat perkembangan kesenian di sana. Di saat masa jayanya, para penduduk yang ada di Gegesik ini bisa menari topeng. Entah itu memang keturunan dari penari topeng atau hanya seorang petani biasa. Hingga topeng menjadi hal yang wajib dipunyai di sana kala itu. Namun, sekarang sudah berubah. Sudah ada tiga dekade hal itu tidak berlaku. Sekarang jumlah penari topeng atau dalang yang ada di Gegesik bisa dihitung oleh jari. Pada perkembangan sebuah kesenian termasuk tari Topeng Cirebon gaya Gegesik, perubahan adalah sesuatu yang tidak dapat dihindari. Perubahan yang terjadi pada tari Topeng Cirebon gaya Gegesik kebanyakan dipengaruhi oleh struktur masyarakat urban serta berperannya sekolah kesenian, modernisasi, peristiwa, politik dan perubahan pandangan pewaris topeng, terutama sekitar tahun 1980 hingga tahun 2000. Perubahan tari Topeng Cirebon gaya Gegesik terutama terjadi pada cara dan bentuk penyajiannya, sehingga pada masa itu pertunjukan topeng dicampur dengan dangdut atau yang oleh masyarakat disebut sebagai topeng-dangdut.

Gegesik merupakan salah satu daerah di Cirebon yang memiliki tradisi topeng. Menurut sumber, Gegesik diambil dari nama leluhur yaitu Pangeran Gesang. Topeng Gegesik memiliki mempunyai gaya tersendiri yang berbeda dengan Topeng Cirebon lainnya.

Karakteristik Topeng Gegesik:

1. Topeng Panji

Berwarna putih dengan raut muka yang memancarkan keagungan dan ketenangan. Bentuk mulutnya renyah dengan senyum yang terkulum, matanya sipit dan hidungnya mancung. Sorot matanya terkesan selalu merunduk tajam, serta memiliki bentuk muka yang memancarkan kewibawaan. Topeng ini jika dipakai untuk menari, tatapannya akan menyudut 45 derajat. Topeng Panji berkarakter halus, kerap disamakan dengan tokoh Arjuna dalam cerita Mahabharata atau tokoh Rama dalam Ramayana.

Macam-macam Wanda pada Topeng Panji:

a. Sabuk Inten

b. Si Mangfu

c. Si Rentang

d. Si Madu

e. Si Pekik

f. Si Geger

g. Geger Gandul

Gerakan dalam Topeng Panji seringkali dihubungkan dengan cerita Panji dan dianggap sebagai perwujudan dari tokoh Panji Inukertapati, terkadang disebut pula Panji Asmarabangun atau Panji Gagak Pernala. Gerakan-gerakan dalam Topeng Panji memiliki beberapa interpretasi, antara lain:

a. Gerakan tangan temple bahu diartikan sebagai tiruan pada jalannya Dewi Anggraeni.

b. Cantel diartikan bahwa Raden Panji akan berhasil menikah dengan Dewi Anggraeni.

c. Gerakan tangan di samping telinga diartikan sebagai saat-saat Raden Panji sedang memanggil-manggil Dewi Anggraeni.

Terdapat pula versi yang menyatakan bahwa Topeng Panji tidak berkaitan dengan cerita Panji. Disebutkan bahwa Panji diartikan sebagai yang pertama, berasal dari kata ‘siji’ yang artinya satu. Siji memiliki arti bahwa dalam tradiri Topeng Cirebon ini, Topeng Panji menjadi pengawal tarian atau urutan pertama dari tari topeng. Simbolisasi gerakan Topeng Panji dimaknai sebagai gerakan bayi karena cenderung kecil dan lebih banyak diam. Kepercayaan masyarakat pada latar belakang cerita merupakan bagian dari variasi kearifan lokal masing-masing daerah yang berbeda satu dengan lainnya.

2. Topeng Pamindo atau Samba

Topeng Pamindo umumnya berwarna putih dan memiliki raut wajah ceria, tatapan mata yang lurus ke depan dan sorot mata yang lincah. Terdapat hiasan rambut dan hiasan yang melengkung pada sisi pipi kiri dan kanan, disebut pilis. Di atas hidung terdapat hiasan Kembang Tiba yang menjadi pusat lengkungan hiasan pilis. Karakter Topeng Pamindo adalah banyak gaya, diartikan sebagai tokoh yang lincah atau ganjen. Topeng Pamindo yang berwarna merah muda dikaitkan dengan watak manusia yang rendah hati dan setia kawan.

Wanda pada Topeng Pamindo atau Samba, yaitu:

a. Cibrak

b. Wisunah

c. Si Jimat

d. Gondrong

Pamindo sendiri berasal dari kata “mindo” yang berarti kedua. Topeng Pamindo umumnya ditarikan pada kesempatan kedua dalam pertunjukan Topeng Cirebon. Gerakan-gerakan Topeng Pamindo digambarkan sebagai seorang remaja yang ingin tahu. Bentuk gerakannya cenderung lincah, berirama cepat dan patah-patah.

3. Topeng Rumyang

Topeng Rumyang berwarna merah muda tanpa hiasan rambut, karakter yang dimiliki pun menyerupai Topeng Pamindo yang lincah.

Wanda dalam Topeng Rumyang, yaitu:

a. Semang

b. Golek

c. Cibrak

Rumyang berasal dari kata ramyang-ramyang, artinya mulai terang. Bahasa Sunda menyebut ramyang-ramyang sebagai carancang tihang, suatu keadaan menjelang pagi yang masih samar atau remang-remang. Topeng Rumyang merepresentasikan kondisi ketika seseorang sudah mulai terang dalam melihat kehidupan di sekelilingnya. Topeng Rumyang umumnya ditarikan pada tarian ketiga, namun di beberapa daerah ditarikan sebagai tarian terakhir.

4. Topeng Tumenggung-Patih

Berwarna kembang terong muda atau dadu kelang, ada pula yang berwarna merah muda. Paranya gagah berani dengan kumis dan mata terbelalak. Topeng Tumenggung memiliki kumis yang terbuat dari kulit, sementara Topeng Patih kumisnya terbuat dari rambut. Terdapat pula hiasan tlenggong, tlingus dan pepasu.

Tari Tumenggung merupakan satu-satunya tarian yang mengandung unsur-unsur literer. Hal ini terlihat dari dialog antara Tumenggung Magangdiraja dengan Jingga Anom.

Tarian ini mengisahkan Tumenggung Magangdiraja yang hendak menaklukkan Jingga Anom yang tidak mau tunduk terhadap kekuasaan Raja Bawarna. Jingga Anom menolak untuk tunduk sehingga timbul peperangan. Membedakan Topeng Tumenggung dan Patih dapat diamati dari perbedaan bentuk kumisnya, juga terdapat perbedaan pada wanda:

a. Patih

· Tatag

· Perkicil

· Pelor

· Mimis

b. Tumenggung

· Slasi

· Drodos

· Sanggan

5. Topeng Jingga Anom

Berwarna jingga atau kuning kemerahan dengan karakter tari Buta (Danawa) yang berwatak kasar serta nakal.

Wanda pada Topeng Jingga Anom:

a. Garjita

b. Si Kekes

c. Si Moreg

d. Barong

6. Topeng Klana atau Rowana

Topeng Klana memiliki warna merah tua dengan raut muka yang galak, mata membelalak, mulut menyeringai, kumis melingkar, berjambang dan berjenggot. Karakter Topeng Klana disebut gagah perkasa atau gagah kasar. Topeng Klana kerapkali disamakan pula dengan tokoh pewayangan Burisrawa atau Rahwana.

Wanda pada Topeng Klana antara lain:

a. Barong

b. Wringut

c. Drodos

d. Golek

Topeng Klana menggambarkan seseorang yang sedang dilanda angkara murka, serakah dan zalim. Tarian Topeng Klana sering dikaitkan dengan cerita Panji. Unsur cerita dalam Topeng Klana mengisahkan seorang raja yang gagah perkasa bernama Klana Budanegara yang tergila-gila pada putri dari Bawarna yang bernama Dewi Tunjung Ayu, anak dari Prabu Lembu Amiluhur. Ragam gerak yang muncul dalam tarian ini terlihat dari gerakan depole atau pasir muih (pasir memutar).




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Arsip Blog

Visit Us

https://senzeyizal.blogspot.com/