Warna topeng merah muda, menunjukan tingkat manusia yang pasrah, ikhlas dan nrimo. Rumyang adalah paduan sifat duniawi dan surgawi, hal ini terlihat dari hiasan Kembang Kliyang, Pilis dan stilasi gelungan rambut. Motif Pilis dianggap atribut duniawi pada tokoh wanita., dimana sifatnya masih dapat di pengaruhi oleh hal yang bersifat duniawi. Dalam falsafah Jawa, Rumyang, berada di utara, ia bergerak dari timur ke utara, arah Timur-Utara ini memiliki arti turunnya dunia atas ke dalam dunia material. Patih, gambaran pejabat negara atau kerajaan yang selalu bergerak di area luar. Sosok Patih adalah lambang kedewasaan zaman. Ia berada di posisikan Barat, sebagai pihak luar, duniawi, pihak musuh, kematian, kasar dan kelelakian.
Warna topeng adalah warna kembang terong muda atau dadu pelang, namun ada, paras wajah menunjukkan sifat gagah dengan bentuk mata terbelalak dan berkumis, simbol dari kemauan yang keras, ambisius dan berani.Gerak tari bebas, gagah berani dan kelaki-lakian, kontras dengan tarian sebelumnya, yaitu Pamindo, Rumyang dan Panji.
Topeng Patih memperlihatkan watak manusia dewasa yang telah menemukan pribadi dan watak yang baik. Dalam falsafah Jawa, tokoh Patih memiliki sifat luwamah dengan arah Barat, dan gambaran watak manusia dewasa, dalam filosifi Islam ia telah mencapai tingkatan tarekat, dimana semua perilaku sehari-hari mengacu pada sunnah dan hadist nabi, serta Al Quran sebagai petunjuk hidup, serta tegas dan konsekuen.
Klana, karakter yang penuh dinamika dengan hasrat jasmani-duniawi, ia melambangkan nafsu yang terkekang manusia. Warna topeng merah tua, mata membelalak, mulut menyeringai, kumis melingkar, berjambang dan berjanggut. Klana digambarkan figur gagah dengan hidung panjang, mata melotot, mulut monyong menganga, rambut godekan. Gerakan dalam tarian Klana menunjukan kegagahan, kasar, penuh nafsu hidup jasmani dan duniawi, berwatak angkara murka, serakah dan dzalim. Gerakan mengangkat kaki dan rentangan tangan yang melebar merupakan gambaran jiwa yang keras, kuat serta berkesan meraih atau mengambil sesuatu.
Tokoh Klana ditempatkan sebagai arah Selatan, dan sifat Amarah yang berarti penuh keduniawian, jiwa tidak tenang dan berpetualang. Warna topeng menunjukkan watak angkuh dan kejam, hingga merah diasosiasikan dengan darah, nafsu dan kemarahan. Dalam ajaran Islam, Klana berada di Syariah yang memiliki pembawaan serba ingin menonjolkan kepandaian, ingin tahu, dan bila kurang mendapat bimbingan penari akan masuk neraka karena tindakannya dianggap lepas kontrol.
Tari Topeng Babakan di Slangit-Cirebon Pertunjukan topeng yang menceritakan hikyat Panji dan Damar Wulan menjadi awal perkembangan dari pertunjukan topeng babakan. Pertunjukan kesenian ini tidak menampilkan cerita yang utuh, melainkan menampilkan adegan babak demi babak. Perihal keberadaan pertunjukan topeng babakan ini diungkap pula dalam buku ’Kawruh Asalipun Ringgit Sarta Gegepokanipun Kaliyan Agami Ing Jaman Kina’ (Hazeu dalam Toto Sudarto, 2001:53), yang menuliskan bahwa topeng babakan adalah pertunjukan topeng yang berkelana kemana-mana untuk mencari uang, dapat ditanggap di tepi jalan atau dimana saja, dan orang yang menanggap topeng membayar perbabak. Dapat disimpulkan pengertian topeng babakan sendiri:
a. Adalah tarian yang penyajiannya terdiri atas beberapa babak/tahap.
b. Setiap penyajian menampilkan lima atau enam karakter tokoh, dapat dilakukan oleh satu atau enam orang.
c. Lebih mengutamakan kualitas gerak dan nilai artistik dari gerakan tarian, sedangkan unsur cerita dalam pertunjukan tarian tersebut tidak menjadi perhatian utama.
Urutan pertunjukan tari topeng di Slangit, hampir sama dengan urutan di wilayah lain, yaitu dimulai dari topeng Panji, Pamindo, Rumyang, Tumenggung, dan Klana. Sedangkan jenis tari topeng babakan adalah suatu pertunjukan lepas yang menampilkan fragmen atau potongan dari Hikayat Panji, yang diyakini sebagai ‘pahlawan budaya’ bagi masyarakat Hindu-Budha pada masa Mahapahit, serta menjadi dasar terbentuknya karakter-karakter dalam pertunjukan ini. Ciri khas dari pertunjukan topeng di wilayah ini adalah gerakan bahu dan pinggang yang kuat, gesit dan detail pada setiap perpindahan gerakan satu ke gerakan berikutnya. Urutan dalam setiap pertunjukan biasanya terdiri dari: tetalu atau gagalan, yaitu musik yang dimainkan sebelum penari topeng muncul, penampilan pokok tarian, bodoran atau lawakan, lakon atau drama dan penutup atau Rumyang.
Tokoh dan lagu pengiring dalam Tari Topeng: 1. Panji Kembang Sungsang,2. Pamindo Singa Kawung, 3. Rumyang Kembang Kapas, 4. Patih Tumenggungan atau bendrong,5. Klana Gonjing. Penari topeng yang berada di wilayah Slangit mayoritas berasal dari generasi Arja, ia dianggap memiliki garis keturunan dari Sunan Panggung. Walaupun sudah tidak dapat diurutkan lagi, tetapi pada intinya leluhur mereka berasal dari Buyut Ki Kijar yang menyebarkan kesenian ini di wilayah Cirebon. Salah satu penari topeng turunan Arja yang masih hidup adalah Keni Arja, selama ini banyak kalangan yang tidak mengetahui keberadaanya, karena ia lebih mengutamakan pentas di kalangan masyarakat, sehingga sosoknya jarang terpublikasi seperti penari yanglain. Keni Arja adalah salah satu penari yang sampai saat ini masih mempertahankan ritual tradisi, yang bertujuan untuk menjaga nilai-nilai magis yang ada dalam pertunjukan ini. Ritual tersebut antaralain Mapag Tanggal, yang dilakukan setiap menyambut pergantian bulan dan Buka Panggung, ritual yang berkenaan dengan di mulainya musim hajatan.
Secara umum gambaran kostum tari topeng yang hingga kini dipakai adalah gambaran kostum para bangsawan atau kalangan raja. Karena terlihat berbeda dengan pakaian yang dikenakan oleh rakyat jelata. Contohnya adalah dari cara penggunaan kain panjang dan banyaknya aksesoris pada beberapa bagian tubuh, hal ini tampaknya berkaitan dengan awal kesenian topeng lahir, yaitu dikalangan kerajaan. Keberadaan kostum dalam sebuah pertunjukan bersifat mutlak, karena pada dasarnya suatu tarian dapat terungkap dengan sempurna, bila seluruh unsur pendukung hadir di dalamnya, yaitu musik pengiring, tata rias, busana termasuk ungkapan gerak dan ekspresinya. Dengan kata lain penggunaan busana selain untuk menambah keindahan tampilan, juga menggambarkan identitas si penarinya. Dalam kostum tari topeng, ada beberapa unsur pokok yang harus digunakan oleh penarinya saat melakukan pertunjukan, yang terbagi atas bagian atas, tengah dan bawah, sebagai berikut: Tabel 3 Bagian dan kelengkapan pada kostum Tari Topeng Cirebon. Bagian Atas Bagian Tengah Bagian Bawah Terdiri hiasan kepala, yaitu: 1. Topeng 2. Sobrah atau Tekes Terdiri dari aksesoris dan baju, yaitu:
1. Kalung
2. Kelat bahu
3. Sabuk
4. Gelang
5. Baju Terdiri dari:
1. Ikat pinggang atau sabuk
2. Tutup rasa atau katok
3. Kain yang disebut dodot, dan selendang yang disebut soder.
Rambut wig Makuta Jamang Kembang melok Rawis atau sumpingKetop-ketop Peci-Bendo, dipakai pada karakter Patih, perubahan pada penggunaan peci-bendo sebagai pengganti sobrah dan penggunaan kacamata adalah bentuk serapan dari masa kolonialisme.
Bagian Tengah Unsur visual yang ada pada bagian tengah adalah penutup tubuh berupa baju, krodong sebagai penutup punggung, dan aksesoris yang digunakan pada bagian leher, yaitu kalung, gelang tangan, tutup rasa yang berfungsi sebagai ikat pinggang. Uraiannya sebagai berikut: Baju sebagai penutup tubuh, warna baju yang digunakan Keni Arja terbagi menjadi dua karakter, yaitu baju berwarna terang untuk karakter baik, dan warna gelap untuk karakter jahat.
Bentuk baju yang digunakan oleh Keni Arja. Bentuk baju dan detail bagian lengan Keterangan Detail pada lengan : biku-biku berbentuk segitiga, terbuat dari benang emas .Topeng Cirebon Wayang Wong Penggunaan hiasan pada bagian pangkal lengan yang disebut biku-biku ini tersebut digunakan sebagai pengganti kelat bahu, dan dianggap membedakan penggunaan antara Krodong yang berfungsi sebagai penutup punggung, terbuat dari kain batik lokcan dari Juwana-Jawa Tengah, dengan motif burung phoenix.Motif burung Phoenix dengan ekor dan sayap yang sangat panjang, dan disekelilingnya terdapat pancaran sinar matahari Burung phoenix adalah simbol binatang penghuni Surga Motif bunga dan buah-buahan, yaitu motif buah delima atau salakan. Motif tumbuhan disebut juga motif semen, berasal dari istilah semi yang artinya tumbuhnya bagian dari tanaman. Pada bagian tepi terdapat dua baris motif banji, dan motif segitiga. Tiap tingkat dihiasi motif bunga bintang. Pada bagian pinggir terdapat ornamen sawut berupa deretan garis-garis
Aksesoris pada leher dan dada Pinggang Kalung mutiara Kalung yang digunakan adalah mutiara putih, pada masa sebelumnya kalung dalam topeng adalah bentuk Wulan Tumanggal Kace. Kain berwarna emas yang dilekatkan di dada, digunakan pada tokoh Panji, Pamindo dan Rumyang Tutup Rasa Berfungsi sebagai ikat pinggang, terbuat dari bludru, motif sulur-sulur dan teratai,digunakan pada tokoh Panji, Pamindo, Rumyang dan Patih Digunakan pada tokoh Klana, motif bunga teratai Klambi Gulu Kain tambahan yang di adaptasi dari bentuk jas safari para pejabat di masa kolonial Dasi Digunakan pada karakter Panji, Pamindo, Rumyang dan Patih, dan Klana tidak menggunakan dasi Ombyok Hiasan dada terbuat dari kain bludru dengan motif teratai, digunakan pada tokoh Klana.
Bagian Bawah Unsur visual pada bagian bawah adalah kain dodot sebagai penutup bagian bawah, celana sontog, yaitu celana sebatas lutut, dan soder atau sampur, yaitu kain yang diikatkan pada bagian pinggang dan dibiarkan lepas di bagian kiri-kanan pinggang. Kain dodot lancar gelar untuk Panji Kain dodot lancar cangcut untuk Pamindo, Rumyang Kain dodot lancar cangcut untuk Patih dan Klana. Paksi gubahan burung phoenix, lambang kerajaan, Naga (ular) simbol kehidupan Mega Mendung lambang awan hitam/hujan pemberi kehidupan, Tirtamaya., serta Pusar Bumi, sebuah lubang di wilayah keramat Cirebon,yaitu puncak Gunung Jati.
Penggunaan celana adalah pengembangan dari penutup kaki, diduga penggunaan penutup kaki berbentuk celana terjadi pada masa abad 18, hal ini terlihat dalam naskah Damar Wulan yang menggambarkan ia sedang menari topeng dan menggunakan celana panjang. Pada kostum tari Keni Arja, celana yang digunakan panjangnya sampai batas lutut, diduga pengurangan penggunaan celana ini berkaitan dengan aktivitas bebarang yang dilakikan di lapangan terbuka, sehingga penari membutuhkan keleluasan gerak serta aspek kebersihan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar